Perkembangan Emosi dan Sosial Peserta didik Remaja
Oleh:fendi riawan
Program Pendidikan: Biologi
(Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Metro)
NPM 10321317
ABSTRAK
Santrock mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. Dan juga disebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka. Sedangkan, emosi merupakan reaksi (kejiwaan) yang muncul lantaran adanya stimulan. Emosi yang sangat fruktuatif (mudah berubah) terjadi pada masa remaja. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orang tua secara logis dan objektif. Dalam usaha itu mereka kadang-kadang harus menentang, berdebat, bertarung pendapat dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua. Meskipun hal ini sulit dilakukan namun dalam upaya pencapaian kemandirian yang optimal terhadap diri remaja maka upaya tersebut harus ditempuh.
Kata Kunci : Transisi sosial remaja, emosi
A. Pendahuluan
Remaja saat ini berada pada periode yang banyak mnegalami masalah perkembangan menyangkut dengan adaptasi penesuaian diri dengan lingkungan mereka berada, baik teman sebaya maupun masyarakat dewasa dimana remaja tersebut berada untuk melakukan interaksi sosial. Perlu kita pahami perkembangan sosial peserta didik harus benar-benar dipahami oleh para guru pengajar peserta didik maupun orang-orang yang bereran melakukan pendidikan terhadap para remaja. Hal ini disebabkan perkembangan sosial sangat peting untuk mengembangankan kepribadian dan prestasi untuk peserta didik itu sendiri.
Kepribadian remaja yang berkembang baik yang harus dapat dikuasai oleh peserta didik remaja itu sendiri adalah dapat membina hubungan sosial dengan teman sebaya, orang yang lebih muda, orang dewasa orang tua remaja itu sendiri , dapat berprestasi maksimal dalam belajar, dan mampu memecahkan masalah sosial secara baik dengan temn sebaya, dengan orang dewasa terutama orang tua dan orang-orang dewasa lainya. Demikian juga tingkah laku sosial dari remaja dalam hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari individu remaja itu sendiri. Misal dari faktor internal perasaan yang mood untuk bersosialisasi dan eksternal dari orang tua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar.
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan warna afektif yang kuat dan disertai oleh perubahan-perubahan pada fisik.Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain :
· Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona
· Peredaran darah : bertambah cepat bila marah
· Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut
· Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa
· Pupil mata : membesar bila marah
· Liur : mengering kalau takut atau tegang
· Bulu roma : berdiri kalau takut
· Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang
· Otot : menegang dan bergetar saat ketakutan atau tegang
· komposisi darah : akan ikut berubah karena emosi yang menyebabkan kalenjar-kalenjar lebih aktif.
Remaja pada periode ini biasanya sudah mulai ada rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, dan biasanya rasa ketertarikan ini di sisi lain dapat menimbulkan konflik hebat dalam diri remaja itu sendiri. Hal ini dikarenakan bias any unculah rasa perasaan malu, kurang percayta diri, dn mengalami kebingungan dalam penyesuaian diri agar dapat bertingkah laku seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Apabila remaja tersebut tidak mampu bertingkah laku sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang dewasa maka remaja tersebut akan dicela dan dianggap tidak matang dalam bermasyarakat. Sebliknya masyarakat terutama orang tua masih memperlakukan remaja tersebut sebagai anak-anak dan tidak diberi kesempatan untuk mandiri dalam mengambil keputusan tentang diri mereka sendiri, seperti memilih jurusan atau pendidikan lanjutan, memilih teman sebaya dan memilih lawan jenis yang di sukainya. Keadaan yang seperti ini tentu saja akan menimbulkan konflik dalam diri remaja itu sendiri, perasaan yang tidak puas dalam diri remaja, sehingga dapat menjadi sumber munculnya emosi negatif dari remaja itu sendiri.
Kecenderungan gejolak emosi remaja yang sangat tinggi perlu dipahami oleh pendidik, khusnya orang tua dan guru. Untuk itu perlu dihindari hal-hal yang dapat menimbulkan emosi segatif seperti mrh, kecewa, sedih, cemas, frustasi dan lain-lain. Kondisi yang paling riskan meimbulkan emosi negatif semacam ini adalah hubungn dengan orang tua, guru dan teman sebaya.
Penelitian terkait masalah kenakalan remaja menjelaskan bahwa kenakalan remaja adalah gangguan emosi dari remaja itu tersendiri. Gangguan emosi menimbulkan rasa yang tidak aman, tidak nyaman dan tidak puas terhadap orang-orang yang dilihatnya lebih beruntung dan bahagia. Akaibat dari semua maslah ini sering mereka lakukan dengan tindakan merusak dan menyakiti orang lain untuk mencapai kepuasanb remaja yang mengalami gangguan emosi tersebut.
Oleh karena itu sangat penting sekali pendidik mempelajariu emosiremaja.karena dengan mempelajari emosi kita sebagai seorang pendidik dapat mengenali emosi dirinya sendiri, sehingga dapat meningkatkan emosi positif dalam diri sendiri dan peserta didik, mengendalikan emosi negatif, serta dapat mengenali emosi dari peserta didik yang perlu di kembangkan dan titingkatkan kearah yang posotif.
B. TUJUAN PENULISAN ARTIKEL
Berdasarkan pendahuluan di atas, penyusun merumuskan tujuan penulisan artikel sebagai berikut :
· Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
· Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak masa remaja.
· Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
· Untuk mengetahi apa yang dimaksud dengan emosi
· Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan munculnya emosi
· Untuk mengetahui upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidikan
· Untuk mengetahui hubungan antara remaja dengan tingkah laku sosial remaja
C. Pembahasan
1. perkembangan sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
2. karakteristik perkembangan sosial anak masa remaja.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
· Keluarga
Lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak adalah keluarga, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
· Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
· Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
· Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
· Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
4. Emosi
Emosi merupakan sebuah perasaan yang muncul dari dalam diri remaja yang dapat mempengaruhi tingkah laku maupun kepribadian remaja tersebut dan biasanya emosi renaja mulai terlihat pada masa pertumbuhan. Emosi dapat juga di katakan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Dan ini cocok sekali dengan dengan perkembangan pada masa remaja yang sedang mengalami berbagai perubahan fisik pada dirinya. Yang menimbulkan reaksi emosi yang lebih tinggi terutama jika orangtua , guru dan teman sebaya tidak memberikan respon positif dengan segala perubahan yang dialami.
5. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya emosi
Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah ;
· Perubahan jasmani
Ketidakseimbangan pertumbhan fisik sering menimbulkan akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuhnya. Seperti menjadi kasar dan penuh jerawat.
· Perubahan pola interaksi dengan orangtua
Cara memberikan hukuman dengan dipukul; pada masa remaja akan menimbulkan ketegangan yang lebih berat. Pemberontakan terhadap orangtua menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Maka, pola asuh yang penuh dengan cinta kasihlah yang diperlukan.
· Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Cara khas remaja dalam membangun interaksi dengan teman sebaya adalah dengan cara berkumpul untuk aktivitas bersama seperti membentuk geng. Ini biasanya terjadi pada masa remaja awal, namun ika sudah memasuki masa remaja tengah dan akhir sebaiknya pembentukan geng dihindarkan karena bisa menimbulkan kejahatan atau penguatan yang tidak baik. Pada masa ini yang menimbulkan masalah emosi adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Sehingga sagat dibutuhkan bimbingan dari orangtua atau oarang yang lebih dewasa.
· Perubahan pandangan luar
Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang dianggap sudah dewasa dewasa, sering masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat prediket populer dan mendatangkan kebanggaan. Sementara remaja perempuan sebaliknya. Penerapan nilai ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional. Kekosongan remaja sering dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab dengan melibatkan remaja kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak diri dan melanggar nilai-nilai moral seperti penyalahgunaan narkoba, minum-minuman keras, kriminal dan lain-lain
· Perubahan interaksi dengan sekolah
Guru sering memberikan ancaman-ancaman tertentu yang dapat menambah permusuhan, atas stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak. Remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima. Timbullah idealisme untuk mengubah lingkungan. Idealisme ini tentunya tidak boleh diremehkan, sebab idealisme yang dikecewakan akan berkembang menjadi tingkah laku emosional yang destruktif.
Emosi negatif mudah muncul dalam diri remaja, menurut Hurlock (1980) dan Luella Cole (1963) karena :
Ø orangtua atau guru memperlakukan mereka sebagai anak kecil yang menimbulkan harga diri mereka dilecehkan
Ø apabila drintangi membina keakraban denga lawan jenis
Ø terlalu banyak dirintangi daripada disokong
Ø merasa disikapi secara tidak adil oleh orangtua
Ø merasa kebutuhan tidak dipenuhi orang tua, padahal orangtua mampu melakukannya
Ø merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut patuh, banyak dicela, dihukum dan dihina
Remaja biasanya juga mengalami gangguan emosi yang menyebabkan mereka bertingkah laku nakal. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri, dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka alami antara lain adalah ;
Ø merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka seara layak, sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
Ø Mersa dibenci, disia-siakan, tidak dimengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orangtua mereka
Ø Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina, serta dipatahkan.
Ø Merasa tidak mampu atau bodoh. Mungkin karena tidak mengenal potensi atau karena khalayan mereka semata.
Ø Merasa tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidk harmonis seperti sering bertengkar, kasar pemarah, cerewet atau bercerai.
Ø Merasa menderita karena iri terhadap saudara, karena disikapi dan dibedakan secara tidak adil.
Emosi-emosi negatif tersebut akan berakibat terjadinya gangguan-gangguan terjadinya gangguan emosi, gejala-gejala gangguan emosi tersebut antara lain :
Ø depresi atau sedih yang mendalam
Ø mudah pingsan karena terlalu sensitif dan perasa
Ø mudah tersinggung dan sensitif serta perasa
Ø sering cemas, karena terlalu banyak memikirkan bahaya atau kegagalan
Ø sering ragu-ragu dalam memutuskan sesuatu karena terlalu banyak pertimbangan yang kadang-kadang tidak rasional
6. Upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidikan
Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :
Ø Berfikir positif
Ø Mencoba belajar memahami karakteristik orang lain
Ø Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain
Ø Introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya
Ø Bersabar dan menjadi pemaaf
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai dirumah atau dikampus akan lebih cepat menanggapi emosi daripada kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi anggota keluarga yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak enak atau merasa bersalah dan lain sebagainya.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :
· Pengembangan Keterampilan Emosional
Ø mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
Ø mengungkapkan perasaan
Ø menilai intensitas perasaan
Ø mengelola perasaan
Ø menunda pemuasan
Ø mengendalikan dorongan hati
Ø mengurangi stres
Ø memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan
· Pengembangan Keterampilan Kognitif
Ø belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
Ø belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
Ø belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan
Ø belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
Ø belajar memahami sopan santun
Ø belajar bersikap positif terhadap kehidupan
Ø belajar mengembangkan kesadaran diri
· Pengembangan Keterampilan Perilaku
Ø mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain
Ø mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosi adalah dengan self-science curriculum ( Daniel Goleman , 1995)
Ø belajar mengembangkan kesadaran diri
Ø belajar mengambil keputusan pribadi
Ø belajar mengelola perasaan
Ø belajar menangani stres
Ø belajar berempati
Ø belajar berkomunikasi
Ø belajar membuka diri
Ø belajar menegembangkan pemahaman
Ø belajar menerima diri sendiri
Ø belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
Ø belajar mengembangkan ketegasan
Ø belajar dinamika kelompok
Ø belajar menyelesaikan konflik
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :
Ø orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak
Ø adanya program latihan beremosi baik ssssssdisekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya
Ø mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik
7. Hubungan antara remaja dengan tingkah laku sosial remaja
Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat atau mengganggu proses pencernaan. Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang. Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat sehubungan dengan situasi kelas. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Anak sekolah akan belajar efektif apabila ia termotivasi, karena ia perlu belajar. Setelah hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai bahan yang ia pelajari. Reaksi setiap pelajar tidak sama, oleh karena itu rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan begitu, rangsangan-rangsangan yang menhasilkan perasaan yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.
D. PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
2. Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
3. Keluarga, Status Sosial Ekonomi, Pendidikan, Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi, Kematangan Anak merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
4. Emosi merupakan sebuah perasaan yang muncul dari dalam diri remaja yang dapat mempengaruhi tingkah laku maupun kepribadian remaja tersebut dan biasanya emosi remaja mulai terlihat pada masa pertumbuhan
5. Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah ; Perubahan jasmani, Perubahan pola interaksi dengan orangtua, Perubahan interaksi dengan teman sebaya, Perubahan pandangan luar dan Perubahan interaksi dengan sekolah
6. Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek negatif.
7. Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito W. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press
Umami, Ida. 2010. Perkembangan Peserta Didik . Metro : UMM
AM, Juhri . 2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan. Metro : Lemit UM Metro Press
aku cayang kamu...!!!!
BalasHapus