Bahan pembuatan nata de coco adalah air
kelapa yang sudah diasamkan agar bibit nata dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Air kelapa yang sudah diasamkan kemudian didihkan dan ditambahkan ZA dan
gula pasir dengan perbandingan sama. Pembuatan nata de coco dilakukan dengan
fermentasi selama 5-6 hari. Nata de coco menunjukkan perbedaan ketika warna
mulai menguning serta baunya tidak sedap. Pada hari berikutnya terdapat
gumpalan di atas air kelapa tersebut dan pada bagian dasarnya.
Kemudian setelah beberapa hari dilakukan pengamatan lagi terhadap
nata de coco, yaitu terbentuk lapisan nata namun tidak begitu tebal, warnanya
semakin pekat, baunya juga semakin tidak sedap atau asam, hal tersebut membuktikan bahwa nata pada air kelapa kurang berhasil.
Hal itu disebabkan oleh adanya bakteri yang tumbuh atau kondisi yang tidak
memungkinkan untuk bakteri Acetobacter
xylinum untuk hidup.
Berdasarkan
hasil
pengamatan yang dilakukan
terhadap pembuatan nata de coco agaknya kurang berhasil. Hal tersebut dimungkinkan beberapa hal seperti suhu yang tidak
optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum.
Selain itu sewaktu pembuatan nata de
coco tersebut para praktikan banyak berbicara dan penutup tidak segera ditutup
sehingga memungkinkan terkontaminasi oleh bakteri yang lain, serta kebersihan alat dan bahan. Sama halnya
dengan nata yang lain,
pembuatan nata
de leri, nata de cassava, dan nata
de katul juga kurang berhasil. Hasil yang paling tipis adalah nata de cassava.
Bayu
Prasetyo dan Agustian Putra, keduanya siswa kelas 9 SMP Ipiems, berhasil
membuat olahan melon yang mereka namai nata de melo. Tidak seperti pembuatan
nata de coco di pasaran yang menggunakan pupuk ZA (Zwavelzure Ammoniak)
atau yang lebih dikenal dengan amonium sulfat (NH4SO4), pembuatan nata
de melo menggunakan ekstrak kecambah kacang hijau. Bayu menjelaskan, pupuk ZA
mengandung nitrogen yang diperlukan oleh bakteri acetobacter yang merupakan
komponen utama pembuatan nata. Dari penelitian dan referensi yang mereka
dapatkan, ternyata ekstrak kecambah kacang hijau juga memiliki kandungan yang
sama. Dari referensi tersebut pula, dua siswa ini menemukan berbagai keunggulan
penggunaan ekstrak kecambah kacang hijau. “Pupuk ZA, ketika pemakaiannya
melebihi 1%, maka akan membahayakan tubuh. Dalam jangka pendek dapat
menimbulkan penyakit kanker hati,” katanya. Sedangkan ekstrak kecambah kacang
hijau, tidak menimbulkan efek apapun. “Sebab, proses pembuatannya benar-benar
steril,” lanjutnya.Keunggulan lainnya, penggunaan ekstrak kecambah kacang hijau
bisa mempercepat proses pengentalan nata. Jika menggunakan ZA, pengentalannya
membutuhkan waktu sekitar 16 hari, tetapi dengan menggunakan ekstrak
kecambah kacang hijau cukup 14 hari atau dua hari lebih cepat. Selain itu,
ukuran nata-nya juga lebih tebal.Bayu mengatakan, pembuatan ekstrak kecambah
kacang hijau berasal dari campuran sari nanas, gula pasir dan kecambah kacang
hijau yang sudah diblender. “Komposisinya, 6 sendok sari nanas, dicampur tiga
sendok gula pasir dan 100 gram kecambah kacang hijau yang sudah diblender.
Setelah itu dimasukkan dalam botol dan disimpan selama dua minggu di tempat
gelap,” jelas Bayu.Remaja kelahiran Bangkalan 7 Maret 1996 ini menjelaskan,
untuk membuat nata de melo seberat 75 gram, dibutuhkan 240 ml sari melon. Sari
melon ini kemudian dicampur dengan 2-3 sendok makan gula dan cuka 20 ml.
Kemudian, mencampurkan bakteri acetobacter sebanyak 50 ml. Selanjutnya
dituangkan ke dalam wadah dan kemudian ditutup dengan tisu roti dan di ikat
dengna karet. “Setelah itu disimpan selama dua minggu. Selanjutnya, akan
terbentuk lapisan nata,” bebernya.Agustian Putra menambahkan, untuk membuat
nata de melo, harus memilih melon yang memiliki kualitas yang bagus. Melon yang
bisa dipakai adalah melon hijau karena selain banyak memiliki kandungan air,
juga memiliki kandungan vitamin A,B,C, protein, lemak dan juga kalsium
dibanding melon kuning.“Melon yang digunakan pun harus dipilih yang sudah tua.
Kemudian, wadah yang digunakan untuk pembuatan bakteri acetobacter dan nata de
melo harus disterilkan terlebih dahulu menggunakan air mendidih,” jelasnya.Keduanya
mengakui, mengalami beberapa kali kegagalan dalam pembuatan nata de melo ini.
“Paling sering karena komposisinya tidak tepat,” ujar Agustian yang diamini
Bayu. den
BAHAN untuk membuat nata de melo berbeda
dengan nata de coco. Kebanyakan nata memang menggunakan pupuk ZA untuk
mengembangkan bakteri acetobacter. Namun, tidak demikian dengan nata de melo.
Pengembangan bakteri acetobacter dalam proses pembuatan nata de melo ternyata
menggunakan ekstrak kecambah kacang hijau. Kecambah kacang hijau ini juga
mengandung nitrogen sama seperti pupuk ZA. Nitrogen ini digunakan untuk
pengembangan bakteri acetobacter.
Dibandingkan pupuk ZA, keunggulan ekstrak kecambah kacang hijau dalam proses pembuatan nata, yakni bahan nata lebih cepat mengental.Waktu yang dibutuhkan untuk pengentalan nata menggunakan ZA adalah 16 hari.Sementara dengan ekstrak kecambah kacang hijau cukup 14 hari. Bahkan, ukuran nata pun lebih tebal. Nata de melo ini merupakan salah satu temuan dari Bayu Prasetyo dan Agustian Putra.Keduanya saat ini duduk di kelas 9 SMP Ipiems Jalan Raya Menur No 125.Karya ini akan ikut dalam Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR).Perlombaan tersebut digelar pada 27 September 2010 di Yogyakarta.LPIR ini diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).
Bayu Prasetyo yang ditemui di sekolahnya mengungkapkan, pupuk ZA mengandung nitrogen untuk mengembangkan bakteri acetobacter. Namun, ekstrak kecambah kacang hijau juga memiliki kandungan bakteri tersebut. Namun, pemakaian pupuk ZA lebih dari 1% maka akan membahayakan tubuh. Dalam jangka pendek dapat menimbulkan penyakit kanker hati. “Kalau untuk ekstrak kecambah kacang hijau,kami menjamin tidak menimbulkan efek apapun.Sebab, proses pembuatannya benar-benar steril,”paparnya. Remaja kelahiran Bangkalan Madura 7 Maret 1996 ini juga menjelaskan teknis pembuatan ekstrak kecambah kacang hijau. Ekstrak tersebut berasal dari 6 sendok sari nanas,3 sendok gula pasir,dan 100 gram kecambah kacang hijau yang sudah diblender.
Setelah itu bahan dimasukkan dalam botol dan disimpan selama dua pekan. “Penyimpanannya harus di tempat gelap.Sebab,jika di tempat terang bakteri tidak bisa berkembang,” imbuh Bayu. Selain itu, pehobi meneliti ini juga menguraikan pembuatan nata de melo. Untuk membuat nata de melo seberat 75 gram, dibutuhkan 240 ml sari melon. Sari ini lalu dicampur dengan gula 2–3 sendok makan dan cuka 20 ml.Kemudian, mencampurkan bakteri acetobactersebanyak 50 ml. Selanjutnya,dituangkan ke dalam wadah dan ditutup dengan tisu roti serta diikat dengan karet.Pembuatan nata de melo ini hanya membutuhkan biaya sekitar Rp40.000.
“Setelah itu disimpan selama dua pekan. Selanjutnya akan terbentuk lapisan nata,”urainya. Agustian Putra menambahkan, untuk membuat nata de melo harus memilih melon berkualitas bagus. Melon memiliki dua jenis, yakni berwarna kuning dan hijau. Nata de melo harus menggunakan melon hijau. Sebab, selain banyak memiliki kandungan air, juga memiliki kandungan vitamin A,B,C,protein, lemak,dan kalsium Tidak hanya itu, melon yang digunakan pun harus sudah tua. Syarat tidak hanya pada melon,tapi juga pada wadah pembuatan.Wadah yang digunakan untuk pembuatan bakteri acetobacterdan nata de melo harus disterilkan terlebih dulu dengan air mendidih. Pasalnya, jika tidak steril, hasilnya kurang bagus.
“Pembuatan nata de melo ini sebelumnya banyak mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan campuran antara satu bahan dengan bahan yang lain komposisinya kurang tepat,”ungkapnya. Remaja berusia 15 tahun ini berharap, temuan ekstrak kecambah kacang hijau bisa menjadi salah satu cara dalam pembuatan nata, selain pupuk ZA. Di samping proses pembuatannya lebih cepat, hasilnya juga lebih tebal.“Nata de melo ini kami uji dengan cara kami makan.Ternyata tidak menimbulkan efek apapun karena memang sudah steril,”ungkapnya. (lukman hakim)
Dibandingkan pupuk ZA, keunggulan ekstrak kecambah kacang hijau dalam proses pembuatan nata, yakni bahan nata lebih cepat mengental.Waktu yang dibutuhkan untuk pengentalan nata menggunakan ZA adalah 16 hari.Sementara dengan ekstrak kecambah kacang hijau cukup 14 hari. Bahkan, ukuran nata pun lebih tebal. Nata de melo ini merupakan salah satu temuan dari Bayu Prasetyo dan Agustian Putra.Keduanya saat ini duduk di kelas 9 SMP Ipiems Jalan Raya Menur No 125.Karya ini akan ikut dalam Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR).Perlombaan tersebut digelar pada 27 September 2010 di Yogyakarta.LPIR ini diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).
Bayu Prasetyo yang ditemui di sekolahnya mengungkapkan, pupuk ZA mengandung nitrogen untuk mengembangkan bakteri acetobacter. Namun, ekstrak kecambah kacang hijau juga memiliki kandungan bakteri tersebut. Namun, pemakaian pupuk ZA lebih dari 1% maka akan membahayakan tubuh. Dalam jangka pendek dapat menimbulkan penyakit kanker hati. “Kalau untuk ekstrak kecambah kacang hijau,kami menjamin tidak menimbulkan efek apapun.Sebab, proses pembuatannya benar-benar steril,”paparnya. Remaja kelahiran Bangkalan Madura 7 Maret 1996 ini juga menjelaskan teknis pembuatan ekstrak kecambah kacang hijau. Ekstrak tersebut berasal dari 6 sendok sari nanas,3 sendok gula pasir,dan 100 gram kecambah kacang hijau yang sudah diblender.
Setelah itu bahan dimasukkan dalam botol dan disimpan selama dua pekan. “Penyimpanannya harus di tempat gelap.Sebab,jika di tempat terang bakteri tidak bisa berkembang,” imbuh Bayu. Selain itu, pehobi meneliti ini juga menguraikan pembuatan nata de melo. Untuk membuat nata de melo seberat 75 gram, dibutuhkan 240 ml sari melon. Sari ini lalu dicampur dengan gula 2–3 sendok makan dan cuka 20 ml.Kemudian, mencampurkan bakteri acetobactersebanyak 50 ml. Selanjutnya,dituangkan ke dalam wadah dan ditutup dengan tisu roti serta diikat dengan karet.Pembuatan nata de melo ini hanya membutuhkan biaya sekitar Rp40.000.
“Setelah itu disimpan selama dua pekan. Selanjutnya akan terbentuk lapisan nata,”urainya. Agustian Putra menambahkan, untuk membuat nata de melo harus memilih melon berkualitas bagus. Melon memiliki dua jenis, yakni berwarna kuning dan hijau. Nata de melo harus menggunakan melon hijau. Sebab, selain banyak memiliki kandungan air, juga memiliki kandungan vitamin A,B,C,protein, lemak,dan kalsium Tidak hanya itu, melon yang digunakan pun harus sudah tua. Syarat tidak hanya pada melon,tapi juga pada wadah pembuatan.Wadah yang digunakan untuk pembuatan bakteri acetobacterdan nata de melo harus disterilkan terlebih dulu dengan air mendidih. Pasalnya, jika tidak steril, hasilnya kurang bagus.
“Pembuatan nata de melo ini sebelumnya banyak mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan campuran antara satu bahan dengan bahan yang lain komposisinya kurang tepat,”ungkapnya. Remaja berusia 15 tahun ini berharap, temuan ekstrak kecambah kacang hijau bisa menjadi salah satu cara dalam pembuatan nata, selain pupuk ZA. Di samping proses pembuatannya lebih cepat, hasilnya juga lebih tebal.“Nata de melo ini kami uji dengan cara kami makan.Ternyata tidak menimbulkan efek apapun karena memang sudah steril,”ungkapnya. (lukman hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar