LAPORAN PRAKTIKUM
“Keberadaan Habitat Tempat Perkembangbiakan Nyamuk”
UntukMemenuhiTugasPraktikum Mata PraktikumEkologi Hewan denganDosenPengampuDr. Agus Sutanto, M.Si dan Suharno Zein, S.Si. M.Sc
Di susun Oleh :
NAMA NPM
Fendi riawan 10321317
PENDIDIKAN BIOLOGI A
LABORATORIUM PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah praktikum yang berjudul “keberadaan habitat tempat perkembangbiakan nyamuk ”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Praktikum Ekologi hewan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Metro, 11 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Morfologi Nyamuk................................................................... 4
B. Studi Kasus DBD..................................................................... 7
C. Perilaku Nyamuk...................................................................... 8
D. Perilaku Warga......................................................................... 12
E. Pemberantasan Atau Penanggulangan...................................... 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai “Mosquito”, berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.
Kebiasaan makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Klasifikasi ilmiah
Alam : Hewan
Filum : Arthropoda
Kelas : Serangga (Insecta)
Ordo : Diptera
Famili :Culicidae
Reproduksi
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan “fase pupa”.
Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan . Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahatsekitar setengah jam.
Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit pada manusia. Cara hidup dan cara “menusuk”- nya pun berbeda-beda. Beberapa genus nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan Culex.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Morfologi Nyamuk
1. Aedes aegypti
1.1 Telur
TelurAedesaegyptiberukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan menempel pada dinding wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang lebih 2,5 cm. Setiap kali bertelur nyamuk betinamengeluarkantelursebanyak 100 butirperhariapabilaberadapadatempat yang kering (tanpa air).
1.2 Jentik
Jentikinidalampertumbuhan dan perkembangannya mengalami empat kali pergantian kulit (tingkatan) yang biasa disebut instar dan terdiri dari instar I, II, III, IV. Jentik instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri- duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon) belum menghitam. Jentik instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Jentik instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax),danperut (abdomen).
Padabagiankepalaterdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri- duri, dan alat- alat mulut tipe pengunyah (chewing).Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu- bulu simetris.Perut tersusun atas delapan ruas.Pada ruas perut kedelapan, ada alat untuk bernafas yang disebut corong.Corong pernafasan tanpa duri- duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu- bulu (tuft).Ruas kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu- bulu sikat (brush) dibagian ventral dan gigi- gigi sisir (comb) yang berjumlah 15 – 19 gigi yang tersusundalamsatubaris.
Gigi- gigisisirdengan lekukan yang jelas membentuk gerigi.Jentik ini tubuhnya langsing dan bergerak sangatlincah, bersifatfototaksisnegatif, waktuistirahatmembentuksuduthampirtegaklurusdenganbidangpermukaan air.
1.3 Kepompong (Pupa) pernafasan.
Pupa nyamukAedesaegyptibentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”.Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti terompet.Pada ruas perut kedelapan terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang.Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh pada ruas kedelapan tidak bercabang.Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan jentik.Waktuistirahatposisi pupa sejajardenganbidangpermukaaan air.
1.4 NyamukDewasa
NyamukAedesaegyptitubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk hjantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamukbetinamempunyaiantenatipepilose.
Dada nyamukinitersusundari tiga ruas porothorax, mesothorax dan metathorax.Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak).Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang- gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih.Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam. Bagian punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamukAedesaegyptiberupasepasanggarislengkungputihpadatepinyadansepasanggarissubmedian di tengahnya.
Perutterdiridari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik putih.Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya.
2. Anopheles sp.
v Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya.
v Dalam keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan air dan ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen.
v Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan air.
v Pupa, Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
v Dewasa – Bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45 derajat suatu permukaan.
v Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- Bercak putih.
3. Culex sp.
Ø Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur. Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm Telur.Telur culex diletakkan secara berderet- deret rapi seperti kait dan tanpa pelampung yang berbentuk menyerupai peluru senapan.
Ø Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
Ø Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen
Ø Nyamuk Dewasa : Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, wsedang nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna sehingga tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut selalu menumpul.
B. Studi Kasus DBD
BANDARLAMPUNG-LAMPUNG (bharatanews): Dalam beberapa hari terakhir, penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin meluas di Kota Bandarlampung. Ridho Saputra, bocah berusia delapan tahun menjadi korban keganasan nyamuk aedes aegypti. Putra pasangan Buang Susanto-Wasinem itu, menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara (DKT), Bandar Lampung.
”Orang tua sudah melakukan tindakan maksimal, tidak hanya di Puskesmas maupun bidan, keluarga pun membawa di rumah sakit terdekat. Sayang tidak dapat tertolong, setelah mendapat perawatan intensif di IGD RS DKT, bocah itu wafat, akibat pembulu darahnya pecah,”tutur Ketua RT Sepangjaya, Kedaton, M Suratman kepada wartawan.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat hingga pertengahan Januari 2012, sedikitnya sebanyak 575 warga terserang DBD dan empat orang dinyatakan meninggal. Kasus DBD tertinggi terjadi di Lampung Utara, Waykanan, Bandarlampung dan Pesawaran. Meski begitu, Pemprov Lampung sendiri belum menyatakan DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana mengatakan, satu kasus dikatakan kondisi luar biasa jika terjadi peningkatan 2-3 kali lipat dibandingkan pada bulan yang sama di tahun berbeda.
”Orang tua sudah melakukan tindakan maksimal, tidak hanya di Puskesmas maupun bidan, keluarga pun membawa di rumah sakit terdekat. Sayang tidak dapat tertolong, setelah mendapat perawatan intensif di IGD RS DKT, bocah itu wafat, akibat pembulu darahnya pecah,”tutur Ketua RT Sepangjaya, Kedaton, M Suratman kepada wartawan.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat hingga pertengahan Januari 2012, sedikitnya sebanyak 575 warga terserang DBD dan empat orang dinyatakan meninggal. Kasus DBD tertinggi terjadi di Lampung Utara, Waykanan, Bandarlampung dan Pesawaran. Meski begitu, Pemprov Lampung sendiri belum menyatakan DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana mengatakan, satu kasus dikatakan kondisi luar biasa jika terjadi peningkatan 2-3 kali lipat dibandingkan pada bulan yang sama di tahun berbeda.
”DBD tertinggi terjadi di Lampung Utara, Waykanan, Bandarlampung dan Pesawaran,” akunya.
Dari data yang dikumpulkan, penderita DBD di Lampung pada tahun 2010 tercapat 1.714 orang dan meninggal 29 orang, sementara tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat 1.494 orang dan 24 meninggal.
”Dari data tersebut, Kota Bandarlampung paling banyak penderitanya, tahun 2010 ada 763 kasus dan tahun 2011 terdapat 399 kasus,” imbuhnya.
Untuk menekan penyebaran DBD, Pemerintah mendorong masyarakat melakukan pembersihan lingkungannya secara massal untuk memberantas sarang nyamuk penyebar penyakit demam berdarah dan chikungunya.
”Ya, perkembangbiakan nyamuk ini sangat cepat, sehingga perlu dilakukan pembersihan lingkungan secara massal di masa pancaroba,” kata dia.
Dinkes Lampung telah melakukan deteksi sejak dini terhadap penyebaran penyakit tersebut. Sistem itu telah bekerja maksimal dengan tujuan untuk mengetahui gejala penyakit yang mewabah di satu daerah. Dari deteksi itulah dinas terkait dapat menindaklanjutinya secara cepat.
Setiap pekan pihaknya mendapat laporan secara kontinu perkembangan dang mewabah. Sistem itu bekerja dari perangkat paling bawah seperti, bidan dan Puskesmas. Hasil penemuan yang masuk, dilaporkan secara berjenjang hingga pusat.
"Dari situlah kami bertindak cepat. Nyamuk itu pembuahannya membutuhkan waktu sepuluh hari dan butuh darah banyak untuk pembuahan jentik nyamuk. Karena itu, penting bagi kita melakukan antisiapsi sejak dini,” paparnya.(RL/mrib) .
C. Perilaku Nyamuk
1. Aedes aegypti
1.1 PerilakuMencariDarah
a) Mempunyai perilaku makan yaitu mengisap nectar dan jus tanaman sebagai sumber energinya.
b) Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
c) Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali
d) Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00.
e) Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menusuk lebih dari satu orang.
f) Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.
g) Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.
1.2 Perilaku Istirahat
o Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur.
o Tempat istirahat yang disukai :Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
o Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai
o Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.
1.3 Perilaku Berkembang Biak
v Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti :
v Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.
v Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
v telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air.
v Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.
v Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan.
v Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air.
v Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.
v Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1– 2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru.
2. Anopheles sp
2.1 Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat, apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
d. Frekuensi menusuk, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
2.2 Perilaku Istirahat
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
2.3 Perilaku Berkembang Biak
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus).
Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan
3. Culex sp.
Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan mengisap darah pada malam hari. Jarak terbang biasanya pendek mencapai jarak rata- rata beberapa puluh meter saja. Umur nyamuk Culex baik di alam maupun di laboratorium sama seperti Anopheles, biasanya kira- kira dua minggu.
D. Perilaku Warga
Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor.Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
v Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
v Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
v Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.
Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp. Predator larva Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue.Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis. Penggunaan insektisida juga akhirnya memunculkan masalah resistensi serangga sehingga mempersulit penanganan di kemudian hari.
Selain itu Pengelolaan sanitasi lingkungan yang dapat diterapkan di masyarakat dalam rangka menekan sumber habitat larva Aedes antara lain adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), perbaikan penyediaan air bersih, perbaikan pengelolaan sampah padat, pengubahan tempat perkembangbiakan buatan manusia dan perbaikan disain rumah.
E. Penaggulangan Atau Pemberantasan
Beberapa Upaya Pengendalian Nyamuk
1. Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik dilakukan dengan cara memakai pakaian yang dapat melindungi diri dari gigitan nyamuk, memasang jaring penghalang sehingga nyamuk tidak dapat masuk, dan menata rumah beserta lingkungan sekitar sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak bagi nyamuk (Jan. A. Rozendaal, 1997:59-99).
Menurut Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana (2000:100-102),
upaya-upaya pengendalian nyamuk secara fisik adalah sebagai berikut:
1) Modifikasi Lingkungan
Menurut Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana (2000:100-102),
upaya-upaya pengendalian nyamuk secara fisik adalah sebagai berikut:
1) Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan secara permanen yang bertujuan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk. Contoh dari modifikasi lingkungan adalah kegiatan 3M (menguras, mengubur dan menutup).
2) Modifikasi Perilaku Manusia
Modifikasi perilaku manusia adalah usaha merubah perilaku sehari-hari sehingga tidak menguntungkan bagi nyamuk, seperti mengurangi tidur siang pada waktu musim penghujan untuk mengurangi frekuensi kontak dengan nyamuk.
2. Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati dilakukan dengan cara menyebarkan predator dan patogen nyamuk di daerah endemis. Predator pemakan larva yang dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk adalah ikan Poecilia reticulata, Gambussia affinis, ikan mas, ikan lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites. Pengendalian vektor menggunakan patogen contohnya adalah pemanfaatan bakteri Bacillus thuringiensis. Bacillus thuringiensis toksik terhadap larva nyamuk dan hasilnya sangat efektif serta tidak menimbulkan kerugian pada manusia maupun hewan. Bacillus thuringiensis memproduksi toksin yang menghancurkan sel-sel epitel inang sehingga inang mati (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:102-103).
3. Pengendalian Kimiawi
1) Insektisida Sintetik
Insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah paration, malation dan diklorvos
2) Insektisida Nabati
Insektisida nabati adalah insektisida yang berasal dari tanaman. Tanaman sumber insektisida nabati yang telah digunakan antara lain bunga Crhysantemum cinerariafolium, yang mengandung senyawa piretroid. Piretroid telah digunakan untuk membunuh serangga sejak tahun 1800-an (Sastrodihardjo, 1979:58-60). Tanaman lainnya yang telah digunakan adalahbuah lerak (S. rarak), yang mengandung senyawa saponin. Ekstrak buah lerak (S. rarak) tersebut efektif digunakan sebagai insektisida pada nyamuk Ae. aegypti (Nunik Siti Aminah, 2001).
3) Insektisida anorganik
Insektisida anorganik adalah insektisida yang berasal dari bahan-bahan anorganik. Insektisida anorganik yang telah digunakan adalah minyak bumi, HCN, kapur belerang dan minyak terpentin (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:105).
4. Pengendalian Genetik
Pengendalian genetik dilakukan dengan cara mensterilkan nyamuk jantan kemudian melepasnya ke alam. Nyamuk betina hanya kawin sekali, oleh karena itu nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan steril tidak akan menghasilkan keturunan (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:115
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Nyamuk Aedes aegypti, Culex sp dan Anopheles sp merupakan ordo Diptera mempunyai 1162 spesies. Aedes aegypti merupakan vektor Demam Berdarah Dengue. Ae. aegypti selain vektor demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue Fever) yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fe). Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Tahapan yanag dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, lama hidup dan jarak terbang.
b. Kegiatan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti, Culex sp dan Anopheles sp yang dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu: pemberantasan nyamuk dewasa dan jentik. Pemberantasan nyamuk dewasa meliputi : fogging, repelen dan teknik serangga mandul. Sedangkan pemberantasan jentik meliputi fisik, kimia dan biologi. Selain itu ada pengendalian legislatif.
DAFTAR PUSTAKA
http://books.google.co.id/books?id=vz9APbuyY4QC&pg=PA58&dq=aedes+aegypti&hl=id&ei=YuOKTe3KDcbXrQehujEDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4&ved=0CDkQ6AEwAw#v=onepage&q=aedes%20aegypti&f=false. Diaksespadatanggal6 April 2012
Anwar, C.1988. Studies On Anopheles aconitus complex from Jakarta and Thailand . Ph.D. Thesis. Faculty of Tropical Medicine. Thailand : Mahidol University Bangkok.
Dirjen PP dan PL. 2007.EkologidanAspekPerilakuVektor.Depkes RI. Jakarta.
Prawoto.1985.Perilaku Hewan.P.Biologi. PMIPA FKIP IKIP Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar