ARTIKEL
STRUKTUR HEWAN
AMFIBIA
Disusun oleh :
Nama : fendi riawan
Npm :10321317
Prodi
: Pendidikan Biologi a
Semester
: v ( lima )
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil
‘alamin. Berkat rahmat Allah yang maha pemurah lagi Maha Penyayang. Yang telah memberikan
kita semua kemuliaan, sehingga kita masih
diberikan hidup oleh-Nya hingga saat ini.
Sholawat
serta salam kami haturkan kepada junjungan nabi Allah, Muhammad SAW. Yang telah
membimbing kita semua dari keterpurukan edukasi hingga kita menjadi manusia
yang berakal. A-min.
Tak lupa kami
sampaikan terima kasih atas
dukungan moril baik dari pihak Dosen, Teman kelompok maupun orang tua yang
selalu memberikan motivasi kepada kami untuk menyelesaikan artikel ini tepat pada waktunya dan
mencapai tujuan dari tema “spesies
rana canrivoria”
Dengan
ini kami mengucapkan syukur terhadap karunia-Nya yang telah memberikan ilmu
kepada kita semua. Sehingga makalah ini, yang insyaa llah dapat membantu
kawan-kawan semua untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang tema tersebut.
Sehingga,
kami menggarapkan kritikan serta saran yang mendukung demi kesempurnaan makalah
ini.Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua yang
belum mengetahui. A-miin.
Metro,
oktober 2012
Penulis,
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Amphibi merupakan hewan dengan
kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di
air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi
yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena
itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu
di darat dan di air.
Amfibi adalah kelompok terkecil di
antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan
reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat
mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk
menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan
pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan
kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibia bertelur di air, atau
menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya
yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan
insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa)
menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang
lebih kering dan bernafas dengan paru-paru. Perubahan cara bernafas yang
seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan
hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak
ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan
bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar
air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk
melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan
kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan
perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri
terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase
dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau
perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus
hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya
anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa.
Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak
secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada
di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak.
Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada
kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb,
1986).
Amfibi dijumpai diseluruh dunia
kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda
seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di
lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat
bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan
tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis
yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin.
Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar
kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina
berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi
tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi
telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri
saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok
untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun. Katak beracun dari
Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya.
Racun katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia
misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang
kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan
kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
kedudukan klasifikasi class Amphibia?
2. Bagaimana morfologi
class Amphibia?
3. Bagaimana anatomi
class Amphibia?
4. Bagaimana
karakteristik class Amphibia?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
kedudukan klasifikasi class Amphibia.
2. Untuk mengetahui
morfologi class Amphibia.
3. Untuk mengetahui
anatomi class Amphibia.
4. Untuk mengetahui
karakteristik class Amphibia.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapt dioeroleh dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi penulis dapat menambah wawasan mengenai kedudukan, morfologi,anatomi dan
karakteristik dari Class Amphibi.
2.
Bagi pembaca dapat memberikan infromasi
lebih lengkap mengenai kedudukan, morfologi,anatomi dan karakteristik dari class Amphibi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan Klasifikasi
Amfibia atau amfibi
(Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua
alam, yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di
air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas,
larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah
tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa
lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan
dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering
dan bernapas dengan paru-paru.
Amfibia mempunyai ciri-ciri:
Penutup tubuh
|
kulit yang berlendir
|
Alat gerak
|
dua pasang kaki dan
pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari
kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
|
Alat pernapasan
|
pernapasan pada saat
masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa
paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk
ke dalam rongga mulut ketika menyelam
|
Suhu tubuh
|
tidak tetap,
berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
|
Peredaran darah
|
Tertutup
|
Alat penglihatan
|
Mata dan matanya
mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam
|
Berkembang biak
|
dengan cara
melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya
(pembuahan eksternal
|
Jantung
|
terdiri
dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
|
Adapun
kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Superkelas : Tetrapoda
Kelas :
Amphibia
Menurut Verma anggota amphibia dapat
dibedakan menjadi 3 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Gymnophiona ), dan
Anura (katak dan kodok).
- Ordo Apoda (Gymnophoina)
Ordo Caecilia
Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki
sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata
tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies
berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang
fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur
hidupnya. Pada fase larva
hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.
Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. Ordo Gymnophiona mempunyai 5
famili. yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae,
Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili
yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981). Famili yang ada di Indonesia adalah Ichtyopiidae.
Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek,
mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di
air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun
membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini
yang ditemukan di Indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi
DIY.
- Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo
ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor
serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan
badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa
jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa.
Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air.
Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa.
- Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak
memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak
mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai
berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini
mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat
selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit
dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata
dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang
tenang dan dangkal. Ordo Anura dibagi
menjadi 27 famili, yaitu:
·
Ascaphidae Leiopelmatidae
·
Bombinatoridae Discoglossidae
·
Pipidae Rhinophrynidae
·
Megophryidae Pelodytidae
·
Pelobatidae Allophrynidae
·
Bufonidae Branchycephalidae
·
Centrolenidae Heleophrynidae
·
Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
·
Pseudidae Rhinodermatidae
·
Sooglossidae Arthroleptidae
·
Dendrobatidae Hemisotidae
·
Hyperoliidae Microhylidae,
·
Ranidae Rachoporidae
Ada 5 Famili yang
terdapat di indonesia
yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae
a. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok
sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar
paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe
gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang
lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada
tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung
secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300
spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo
asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol
adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan
modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil.
Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang
bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu
terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air.
Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.
c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak
sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara
jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin
dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala
tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti
parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara
eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh
spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana
nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes
kuhli, Occidozyga sumatrana
d. Microhylidae
Famili ini
anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan
dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa
genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara
horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla
achatina.
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah.
Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga
berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti
parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak
dengan ovipar dan fertilisasi secara ekstern
2.2 Morfologi Kelas Amphibi
Kelompok hewan amfibi
adalah binatang bertulang belakang berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua
alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan
bernapas dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan bernapas
dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan berdarah
dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu
tubuhnya.
Kepala dan badan lebar bersatu,
ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi
dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai
mulut yang lebar untuk
mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung
yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang
berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai
kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening
membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian
ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa
makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat
reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan
dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri
atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari
(digiti)..
Tubuh katak bentuknya bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian
tengah disebut medial, samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior,
bagian belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang
bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/
cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta
bagian kaudal pendek.
Gambar morfologi katak
Pada
rongga mulut ( cavum oris), dibatasi
oleh maxillae (rahang atas),
sedangkan dibagian bawah dibatasi oleh mandibula
(rahang bawah) dan os hyoid. Pada rongga mulut terdapat lingula yang pipih
berpangkal pada dasar sebelah antrior mulut.Pada permukaannya terdapat kuncup
perasa dan papil yang dilapisi oleh lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke
muka untuk menangkap mangsa. Pada maxillae
sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin yang
berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan.Dekat denta vomerin terdapat
dua lubang nares interna yang berhubungan dengan nares eksterna. Glotis
terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula yang merupakan
pintu menuju ke pulmo. Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut
terdapat ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum oris
dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki
saccus vocalis (saku suara) yang terbuka disebelah muka dari ostium pharyngeum
auditiivae Eustachii. Saku suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga
menimbulkan suara.
2.3 Anatomi Kelas Amphibia
2.3.1 Sistem Rangka
Rangka katak tersusun atas
endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak. Fungsi rangka adalah
untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna
untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang masih
lunak.Kemudian pada fase dewasa menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan
tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang licin.Tempurung kepala,vertebrae
dan sternum merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton
appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta
pipih terdiri atas:
1. Cranium
yang sempit
2. Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula
pendengar dan kapsula yang besar untuk mata.
3.
Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton viseral).
Bangsa amphibi merupakan Vertebrata
yang pertama mempunyai sternum (tulang dada) tetapi perkembangannya kurang
sempurna. Tulang iga hanya pendek dan
kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang
terjadi pada reptil, burung atau mamal.
Sebagian besar amfibi mempunyai dua
pasang tungkai dengan empat jari kaki pada kaki depan dan lima jari kaki
belakang.Jumlah jari mungkin ada yang berkurang seperti pada salamander, dan
pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia.Tungkai biasanya tidak mempunyai
kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya.
Tulang punggung yang bersambung
dengan kepala dan extrimitas berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum,
terdiri atas 9 columna vertebralis dan urostyl, yang merupkan silindris,
masing-masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksibel seperti
vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri atas centrum atau corpus yang
memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat sumsum.Sebelah atasnya
terdapat cuatan neuralis terdapat sepasang processus articularis yang
menyebabkan vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak memunyai tulang rusuk
(costale).
Tempat tumpuan extemitas anterior
berupa cingulum cranialis (pectoral
gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat dalam thorax. cingulum cranialis melekat pada
vertebrae dengan otot daging. Masing-masing setengahnya terdiri atas tulang
rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal, scapula kecil sebelah lateral dan
clavicula yang silindris dan coracoid yang lebar sebelah ventral.Coracoid
bergabung dengan sternum yang berupa tulang rawan besar, tersusun atas
episternum, omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada sternum bertemulah os
scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis yang
merupakan sendi tempat kepala os humerus.
Tumuan extemitas posterior berupa cingulum posterior (pelvic gridle)
merupakan persatuan tulang yang mempunyai bentuk yanng terdiri atas os illium
sebelah anterior, os oschium sebelah posterior dan os pubis sebelah ventral.
Pada ketiga tulang tersebut bertemu teerdapat mangkokan yang disebut acetabulum
tempat kepala os femur melekat.Tiap-tiap bagian dari sepasang os illium yang
merupakan tulang yang memanjang sejajar dengan urostyl dan sejajar dengan
sacrum.
Gambar
Sistem Rangka Katak
Bentuk tulang mempunyai hubungan
erat dengan tugasnya.Tulang tempurung kepala bersenyawa, sedang cingulum
anterior dengan cingulum posterior merupakan tulang-tulang yang terangkai
menjadi satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan terhadap satu
sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu hubungan bentuk bola dan
mangkokan yang menyebabkan gerak putar. Hubungan engsel terdapat pada siku dan
lutut. Gerakan-gerakan itu dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari jaringan
ikat.Kecuali itu juga disebabkan oleh otot-otot daging yang dapat memanjang dan
memendek, sebagai penggeraknya.Pada tulang yang panjang dibedakan atas bagian
central yang disebut diaphyse sedang
kedua ujungnya disebut epiphyse.Pada
tulang-tulang yang bersenyawa terdapat hubungan satu sama lain, dan
amsing-masing epiphyse dan diaphyse juga terdapat hubungan tidak
teratur dan terkunci oleh sutura.Pada katak sutura masih berupa tulang rawan,
sehingga tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar mamalia,
masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu. Dengan
demikian pertumbuhan menjadi lebih besar lagi tidak mungkin terjadi.
2.3.2 Sistem Otot
Sistem
otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi
antara ikan dan reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke
lateral, membuka dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan
gerakan sirip yang relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan
ini.
Sistem otot pada amfibi masih
metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat
horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot epeksial atau
dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti dalam
pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas
atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique
eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot dermal sangat
kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat
atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya
terletak dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.
Tubuh
katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot
daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang.
Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging
sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging yang melekat pada
tulang-tulang.Otot daging tersebut terkendalikan oleh kemauan pada
gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-serat yang satu
sama lain digabung oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada tulang
yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian
distal yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot
daging yang memiliki perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus
sebelah ujung tulang yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas
dengan jalan kontraksi yakni memanjang-memendekkan jari;dengan demikian kedua
tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot daging secara umum dibagi atas
dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan disebutkan tipe umum dari
otot-otot daging dengan model aktivitasnya dengan masing-masing contoh:
Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps
sebagai pengikat lengan bawah dengan lengan atas.
Extensor : Meluruskan atau memperluas suatu
bagian; contoh triceps meluruskan lengan bawah pada lengan atas.
Abductor : Menarik suatu bagian menjauh dari
sumbu tubuh (atau anggota); contoh deltoid menarik lengan ke samping.
Adductor : Menarik satu bagian menuju ke arah
sumbu tubuh (atau anggota); contoh atianus
dorsi menarik lengan keatas dan kembali.
Depressor : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan kebawah
rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
Levator : Mengangkat atau meninggikan
suatu bagian;contoh masseter
mengangkat rahang untuk menutup mulut.
Rotator : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.
Otot daging yang tunduk kepada
kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum: (1) otot daging lebar dan
pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk didnding
abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang menyisip, misalnya
biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan serat melingkar,
misalnya sphincter ini yang berfungsi untuk menutup anus.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh
beberapa otot daging bereaksi bersama-sama dengan beberapa kontraksi. Koordinasi
dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf. Tiap-tiap serat atau berkas
otot mempunyai akhir ujung saraf motoris yang membawa perintah untuk merangsang
kontraksi.
2.3.3 Sistem Sirkulasi
Fungsi
yang terpenting dari sistem sirkulasi yaitu:
1. Mengangkut
oksigen dan karbon dioksida antara alat pernafasan dengan jaringan-jaringan di
seluruh tubuh.
2.
Mengangkut
zat makanan dan air dari tractus digestivus ke organ lain.
3. Mengangkut
persediaan zat makanan dari satu tempat ke tempat lain.
4. Mengangkut
sisa-sisa zat organik dan garam mineral yang sudah tidak berguna lagi ke alat
ekskresi (ren).
5. Mengedarkan
hormon dari kelenjar endokrin ke tempat-tempat yang membutuhkan.
Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Sebagian
besar amfibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerima darah oksi
dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh. Untuk
mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah tersebut, amfibi telah
mengembangkan ke arah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat
interatrial, kantong ventrikulur, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh
sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari
sinus venosus kemudian masuk ke sisi kanan ventrikel, dan dari sini dipompa ke
paru-paru. Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru masuk ke atrium kiri
lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel untuk selanjutnya
dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian terjadi pada salamander
yang didak mempunyai paru-paru, di mana celah interatrial tidak lengkap dan
vena pulmonalis tidak ada.
2.3.4 Sistem
Lymphatica
Terdiri dari banyak
pembuluh-pembuluh yang bermacam-macam ukuran meliputi berbagai organ dan sukar
dilihat. Pada katak antara kulit dan tubuh terdapat saccus lymphatic yaitu:
1.
Saccus
submaxillaris
2.
Saccus
pectolaris
3.
Saccus
abdominalis
4.
Saccus
lateralis
5.
Saccus
brachialis
6.
Saccus
femuralis
7.
Saccus
inter-femuralis
8.
Saccus
cruralis
Sistem
lymphaticus ini pada beberapa tempat berhubungan dengan vena tubuh dan antara
lain vena vertebralis anterior dan vena illiaca transversa. Kecuali itu
terdapat jantung lympha yaitu sebelah caudal, sepasang, di sebelah cranial di
sekitar vertebrae cervicalis. Cairan lympha mengandung leukosit dan sedikit
eritrosit dan beberapa protein yang melayang dalam darah.
2.3.5
Sistem Pencernaan
Alat pencernaan makanan diawali oleh
cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus
digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan
kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak
begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui
pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan
masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi
dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi
ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang
dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin,
erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang
menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik.
Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris.
Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan
sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan
bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea,
yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu
kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan
dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak.
Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor menjadi feses dan
selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar
intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak
dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat
dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus
menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan
tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat
usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.
2.3.6 Sistem Respirasi
Respirasi adalah suatu proses
penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan
cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini mempunyai permukaan
yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh darah). Oksigen
yang berasal dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi dengan jalan
difusi masuk ke pembuluh darah. Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan
dalam oksidasi yang selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan tubuh yang
memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma darah dari
jaringan ke alat respirasi. Struktur paru-paru amphibi masih sederhana.
Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang elastis yang berisi lipatan yang
membentuk kamar-kamar kecil yang disebut alviola, yang masing-masing diliputi
oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Masing-masing sakus paru-paru dihubungkan
dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi bersatu menuju
larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut glottis.
Dengan gerakan teratur, udara dapat
masuk ke dalam cavum oris melalui nares dan peristiwa ini disebut inspirasi. Kemudian dalam cavum oris
ditekan masuk ke dalam pulmo, karena adanya kontraksi otot daging dasar mulut.
Selanjutnya udara dari pulmo dikelurkan ke cavum oris dengan bantuan desakan
dari dinding badan dan juga karena elastisitas pulmo. Inilah yang disebut
dengan ekspirasi dan pada waktu itu
klep nares interna terbuka sehingga udara keluar. Pada waktu inspirasi, klep
nares interna menutup.
Otot daging yang bekerja pada waktu
pernafasan yaitu sepasang musculus sub
mandibularis, sepasang musculus
sternohyoideus, musculus genio hyoideus, kecuali pada waktu ekspirasi
dibantu pula oleh musculus obliqus
externa.
Pernafasan melalui kulit terutama
dilakukan pada waktu hibernasi (tidur, misalnya katak Eropa waktu “winter
sleep”). Selama tahap larva dan berudu, sebagian besar amphibi melakukan pernafasan dengan insang tipe
eksternal yang merupakan perluasan epithel larynx yang banyak mengandung
pembuluh darah. Larynx diperkuat oleh tulang rawan dan di dalamnya terentang
tali suara yang menggetar bila udara terhembus dari paru-paru. Nada suara
diatur dengan mengencangkan dan mengendorkan pita tersebut. Struktur insang
luar adalah filamenous, tertutup epithelium bersilia, umumnya mereduksi selama
metamorfosis. Pada beberapa amfibi berekor, insang luar ini ada selama
hidupnya.
Gambar
mekanisme respirasi pada katak
2.3.7 Sistem Urogenital
Organon
Uropetricum
Ginjal
amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya
berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada
tendensi menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh hidupnya
berada dalam air, korpuskel renalis nya berkembang untuk membantu mencegah
pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi
jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan
transport sperma.
Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing
sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem
ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem
pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi dilakukan oleh kulit,
paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh hati berupa
empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat
panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini
disebut “retroperitonial”. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang
sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses
filtrasi terjadi pada capsula renalis.
Sebuah capsula renalis terdiri atas:
1.
Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut
“glomerulus”
2.
Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut
“capsula bowman”
3.
Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari
capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan
menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter,
yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai
penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan
selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Organon Genitale
Organon ini terdiri atas:
Ø Organon genitalis masculinus
yang berupa sepasang testis berbentu oval berwarna keputih-putihan, terletak di
sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat
lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran testis
terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa
efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka.
Akhir dari ureter mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat penampungan spermatozoa
sementara.
Ø Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan
dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat ova yang
berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna
kekuning-kuningan. Pada “breeding season” ova yang telah masak menembus dinding
ovarium untuk masuk ke dalam oviduct,
yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak
berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan
dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai uterus. Selanjutnya
ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar tubuh,
tapi walaupun demikian pada “breeding season” katak jantan menempel di punggung
katak betina untuk memudahkan terjadinya fertilisasi.
Gambar
Sistem Reproduksi Katak
2.3.8 Sistem saraf
Terdiri atas sistem
nervorum central dan sistem nervorum periforium. Dalam Sistem nervorum central terdiri dari
encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam
kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus
olfactorius menuju saccus nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan
kiri yang berbentuk ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang
bagian anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian belakang
terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya
diikuti oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil. Di
belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu medulla oblongata
yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis, berakhir di sebelah
caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal
yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat
chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh keluar
sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada
posteriornya. Di dalam otak terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus.
Cairan cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar
otak. Pertukaran zat atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh
darah arteri dan venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan
medulla spinalis dibungkus oleh dua membran yang tebal yaitu duramater yang
berbatasan dengan tulang, dan membran halus yaitu piamater yang berbatasan
dengan jaringan saraf. System nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis
dan nervi spinalis. Nervi spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.
2.3.9 Organ Indra
Perubahan yang terjadi
pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon sensoris atau receptor
tubuh. Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi sensori yang membawa
rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap rangsangan akan merangsang
organon sensoris tertentu. Organon visus akan menerima rangsangan yang berupa
gelombang sinar, sedangkan reseptor kulit menerima rangsangan yang berupa
sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa tonjolan yang berisi
reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang larut dalam air. Saccus
nasalis yang mengandung receptor yang peka terhadap rangsangan yang berupa gas.
Telinga yang berisi organon auditorius dan alat kesetimbangan tubuh.
Lensa mata tetap dan tidak berubah
kecembungannya untuk jarak pandangan yang relative jauh. Kelopak mata kurang
bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus pada spesies yang di darat.
Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak daripada bagian atas karena
kornea amphibi darat menjadi kering akibat evaporasi, sehingga perlu dibasahi dengan
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Harderian. Parietal dan pinael body
berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap gelombang panjang dan
intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan orientasi arah. Untuk alat
pendengaran, salamander dan golongannya tidak mempunyai pendengaran tengah,
sedangkan katak dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang
telinga.
2.3.10 Sistem
Kelenjar Endokrin
Sistem
endokrin mirip dengan vertebrata tingkat tinggi. Pada dasar otak terdapat glandula pituitari atau glandula
hypophysa. Bagian anteriokelenjar ini pada larva menghasilkan hormon
pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panjang tulang.
Bila seekor berudu diambil bagian anterior glandula hypophysanya, berudu
tersebut tak akan tumbuh menjadi katak. Tapi bila potongan ini
ditranspantasikan kembali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya.
Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian
anterior glandula hypophysa ini baik secara oral maupun suntik
mengakibatkan pertumbuhan raksasa. Kelenjar paratiroid ada (tidak ada pada
ikan), sebagai regulator kalsium dalam sistem endokrin.
Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini menghasilkan
hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika dilakukan
inplantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak dewasa yang tak dalam
keadaan berkembangbiak , maka mulai saat itu segera terjadi perubahan.
Inplantasi pada katak betina menyebabkan hewan ini menghasilkan ovum yang telah
masak. Inplantasi pada katak jantan mengakibatkan hewan ini menghasilkan
sperma.
Bagian tengah
glandula pituitaria akan
menghasilkan hormon intermidine yang
mempunyai peranan dalam pengatran chromorophora dalam kulit.
Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu
hormon yang mengatur pengambilan air.
Glandula thyroidea yang terdapat di
belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar ini menjadi
besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar ini di
ambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan pada
berudu yang secara normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak yang diam di
daerah dingin ) untuk berubah menjadi dewasa maka waktu metamorphose ini akan
dipercepat. Kelenjar tiroid tidak hanyamengatur aktivitas metabolisme tubuh
tetapi dipercaya sangat penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan lapisan
luar kulit.
Kelenjar pancreas di samping
menghasilkan enzim juga menghasilkan hormon insuline
yang mengatur metabolisme zat gula. Hormon ini juga dihasilkan oleh sekelompok sel dalam pulau Langerhans.
Pada permukaan sebelah luar dari
ginjal terdapat glandulae supra renalis
atau glandulae adrenalis yang
menghasilkan hormon adrenalin atau aphinephrine
yang bekerja berlawanan dengan insuline (hormon adrenalin mengubah glycogen
menjadi glucosa, kecuali itu menyebabkan pigmen mengumpul sehingga kulit berwarna lebih gelap. Kelenjar
adrenal, korteks dan medula bergabung tidak terpisah seperti pada ikan.
2.4 Karakteristik Kelas Amphibi
2.4.1 Kulit dan kelenjar kulit
Kulit amphibi sangat penting dalam respirasi
dan proteksi. Pada kulit amphibi terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua
macam yaitu:
·
Glandulae mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan
lendir bening untuk memudahkan katak
melepaskan diri bila ditangkap.
·
Glandulae toxicon
(kelenjar racun) yang menghasilkan zat
racun pada tingkat tertentu dapat secara
efektif mematikan hewan lain.
Racun yang
terdapat pad amphibi sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut (Bufo marinus) racunnya sangat manjur
untuk membunuh anjing. Studi tentang kodok neotropik dari keluarga Dendrobatidae yang baracun,
menunjukkan bahwa racun itu merupakan steroid
alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot sel korban. Tipe racun
lain pada amphibi adalah neurotoksin,
halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik,
dan local irritant.
Kelenjar mukus dan kelenjar racun
dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar. Klenjar alveolar adalah kelenjar yang
tidak mempunyai saluran pengeluran tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding
selnya sendiri secara alami. Akat tetapi
ada juga beberapa amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular, kelenjar
demikian sering ditemukan di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga
ditemukan di bagian dadanya. Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim
reproduksi selama musin reproduksi dan mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina
selama musim kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya yang mengeluarkan
cairan khusus untuk menarik betina
selama musim reproduksi.
2.4.2 Warna tubuh
Amphibi
sangat beraneka ragam warnanya, hijau terang, kuning, orange, dan emas,
sedangkan warna merah dan biru sangat jarang ditemukan. Warna tubuh amphibi
disebabkan oleh pigmen atau secara struktural atau dihasilkan oleh keduanya
(paduan pigmen dan struktural). Macam chromatophora (sel pigmen) yaitu:
Melanophora yang berisi pigmen hitam atau coklat, Lipophora yang berisi pigmen
merah atau kuning, Guanophora yang
berisi kristal-kristal putih. Umumnya lipophora terletak di dekat permukaan
kulit, lebih ke arah dalam terdapat guanophora dan yang paling dalam terdapat
melanophora.
Chromatophora
bentuknya agak ameboid dengan prosesus protoplasmik meluas ke luar dari tubuh
selnya ke sel lain. Pigmen pada sitoplasma dalam chromatophora mampu berpindah
sehingga pigmen dapat terkonsentrasi dan mengumpul untuk menebalkan warna atau
terpencar sehingga menipiskan warna. Sel pigmen, khususnya lippphora mampu
melakukan gerakan ameboid dan dapat berpindah mendekat atau menjauh dari
permukaan kulit. Seringkali perubahan dari hijau ke kuning merupakan hasil
kontraksi dari melanophora dan perpindahan lipophora ke posisi di antara atau di
bawah guanophora.
Warna pada
amphibi ketika ditempatkan di lingkungan gelap tampak bercahaya, adalah
merupakan hasil dari simulasi kelenjar pineal menghasilkan melatonin (sejenis
hormon) yang mampu mengurangi kuantitas cahaya atau sinar gelombang panjang. Kemudian kontak dengan horman kromatotrofik
hipofise yang menyebabkan perluasan melanophora sehingga melanophora
berkontraksi dan menghasilkan efek tubuh menjadi lebih bercahaya di tempat
gelap. Pada katak warna hijau yang dihasilkan merupakan hasil pemantulan secara
kimiawi dan struktur mikroskopis pada kulit sebelah luar (tidak ada pigmen
hijau).
2.4.3 Pergantian kulit
Seluruh kulit amphibi terlepas secara periodik. Proses
ini berlangsung di bawah kontrol hormon. Lapisan kulit luar tidak hanya satu
bagian, tidak sebagaimana pada reptil, tetapi dalam fragmen, meskipun tungkai
biasanya utuh dan mengelupas secara bersamaan. Frekuensi bergantinya kulit
bermacam-macam pada spsies yang berbeda. Pengelupasan kulit pada katak pohon
hijau mungkin terjadi setiap bulan atau lebih.
2.4.4 Alat gerak (appendages)
Amphibia
memiliki dua pasang tungkai yang terjadi variasi oleh karena adaptasi untuk
hidup di darat, air, arboreal (hidup di atas pohon)dan di bawah tanah. Sebagian
besar amphibi modern memiliki empat tungkai relatif lemah yang tidak cocok
untuk berjalan cepat di tanah. Umumnya kaki depan memiliki 4 jari dan kaki
belakang 5 jari, tetapi pada bebrapa spesies terjadi pengurangan.
Secara umum
katak dan kodok, jumah jari tungkai depan biasanya 4 buah, tungkai belakang memanjang
dan biasanya untuk melompat. Kebanyakan katak dan kodok memiliki 5 jari pada tungkai belakang dan dan jari
tambahan yang diketahui sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk ini
pada Spadefoot (katak penggali tanah)
berupa tulang-tulang tajam yang
digunakan untuk menggali, untuk bersembunyi di dalam tanah.
Ada
berbagai variasi struktur kaki belakang Anura, ada yang berselaput meluas
sampai ke jari dan yang lainnya ada tetapi tidak sampai meluas ke jari atau
bahkan tidak ada sama sekali. Anura tidak mampu melakukan regenerasi tungkai
ataupun jari yang hilang tetapi pada salamander mampu melakukannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
3.1.1 Kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Amphibia
3.1.2
Adapun morfologi kelas amphibi yaitu kepala dan badan lebar bersatu,
ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan
dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki
belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes)
dan jari-jari (digiti).
3.1.3 Anatomi kelas amphibi yaitu
·
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong
oleh bagian-bagian yang lunak.Fungsi rangka adalah untuk melindungi
bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan
berjalan.
·
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada
ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata lainnya
mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot
daging jantung, dan otot daging berserat melintang.
·
Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan
1 ventrikel. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikulur,
dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari.
·
Sistem lymphatic
terdiri dari beberapa macam saccus yaitu : Saccus submaxillaris, Saccus
pectolaris, Saccus abdominalis, Saccus lateralis, Saccus brachialis, Saccus
femuralis, Saccus inter-femuralis dan Saccus cruralis.
·
Sistem pencernaan terdiri atas beberapa alat pencernaan
yaitu cavum oris, pharynx, oesophagus,
ventriculus, intestinum dan di akhirin oleh anus.
·
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi
tubuh. Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta
lapisan rongga kulit.
·
Sistem urogenital disebut sebagai suatu sistem gabungan
karena masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama
baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk
feses. Terdiri dari organon uropetricum dan organon genitalis. Organon genitalis terdiri
dari organon genitalis masculinus dan organon genitalis feminus.
·
Sistem
saraf terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium.
·
Sistem
indra terdiri dari beberapa organ seperti lingua, organon visus Saccus nasalis,
telinga.
·
Sistem
endokrin terdiri dari beberapa glandula yang menghasilkan hormone tertentu
yaitu glandula pituitari atau glandula hypophysa, glandula
thyroidea,
kelenjar pancreas,
glandulae supra renalis atau glandulae adrenalis
3.1.4
Karakteristik kelas amphibi yaitu Kulit amphibi berfungsi dalam respirasi
dan proteksi. Pada kulit amphibi terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua
macam yaitu: Glandulae
mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan lendir bening untuk memudahkan katak melepaskan diri bila
ditangkap. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan
hewan lain. Pad amphii terdapat beberapa macam sel pigmen yaitu Melanophora,
Lipophora dan Guanophora.. Pergantian kulit pada amphibi terjadi secara
periodic dan berbeda-beda tiap spesies. Amphibia memiliki dua pasang tungkai
yang terjadi variasi oleh karena adaptasi untuk hidup di darat, air, arboreal
(hidup di atas pohon)dan di bawah tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar