Klasifikasi Mikroba
coretan dunia maya fendi
UM METRO LAMPUNG
Jumat, 24 Juli 2015
Rabu, 18 Maret 2015
UJI KADAR LEMAK PADA KEJU BERBAHAN BAKU SUSU KEDELAI DAN SUSU KAMBING YANG DI INOKULASI DENGAN Rhizopus oryzae SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA PADA MATERI BIOTEKNOLOGI
UJI KADAR LEMAK PADA KEJU BERBAHAN BAKU SUSU KEDELAI
DAN SUSU KAMBING YANG DI INOKULASI DENGAN Rhizopus
oryzae SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA PADA MATERI BIOTEKNOL
Selasa, 30 September 2014
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BABI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
B. Kerangka Berpikir
C. Metodologi Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN (judul sesuai topik masalah yang dibahas)
A. Deskripsi Kasus
B. Analisis Kasus
BAB IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (termasuk sinopsis gambaran umum perusahaan yang ditulis)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam
merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan masalah.
Penulis dapat mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita melalui
media massa, peraturan perundang-undangan yang mendukung terhadap fakta
atau fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan
yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli,
berita melalui media massa harus disertai catatan kaki.
B. Perumusan Masalah
Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari
jawabannya. Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan
terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir
pertanyaan harus memberikan tanda tanya (?).
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan : Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai dalam penulisan.
2. Manfaat Penulisan : Kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
Pemaparan beberapa teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap
perlu dan relevan dengan pokok masalah Setiap teori yang dikutip harus
disertai penjelasan dan komentar penulis tentang kaitan teori tersebut
dangan masalah. Sedangkan pada akhir dari semua teori-teori yang
dikutip, penulis harus memunculkan sebuah kesimpulan terkait dengan
permasalahan.
B. Kerangka Berpikir
Argumentasi penulis yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah
dikemukakan dimuka. Penelitis harus menjelaskan suatu alur kerja atau
saling keterkaitan antar indikator dengan permasalahan yang dibahas.
Peneliti dapat untuk mengungkapkannya dapat menggunakan bantuan skema
atau bagan penjelasan.
C. Metodologi Penulisan
1. Tempat dan waktu : jelaskan tempat/lokasi observasi dengan
menyebutkan nama perusahaan serta alamatnya, kemudian sebutkan waktu
observasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh masing-masing
program studi.
2. Metode :
a. Sebutkan nama metode yang digunakan (misalnya: metode deskriptif analisis).
b. Teknik pengumpulan data (misalnya: wawancara, observasi, menggunakan kuesioner).
c. Teknik Analisis Data (misalnya: memakai rumus statistik, rumus keuangan, atau model analisis lain
seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).
BAB III
PEMBAHASAN (judul bab ini harus sesui dengan topik yang diangkat)
Rabu, 17 September 2014
NAMA ILMIAH TUMBUHAN
NO NAMA UMUM NAMA LATIN
1 Akasia (Cassia sp)
2 Alpukat (Parsea americana)
3 Anggrek (Orcidaceae)
4 Anggur (Vitis vinifera)
5 Anthurium (Anthurium sp)
6 Apel (Malus silveltris)
7 Aren (Arenga pinnata)
8 Asam jawa (Tamarindus indica)
9 Aster (Aster novae angelia)
10 Bakung (Crinum asiaticum)
11 Bambu kuning (Bambusa vulgaris)
12 Bambu duri (Bambusa spinosa)
13 Bayam (Amaranthus sp)
14 Bayam duri (Amaranthus spinosus)
15 Bawang bombay (Allium cepa)
16 Bawang putih (Allium sativum)
17 Beringin korea (Ficus coreana)
18 Bunga kertas (Zinea elegan)
19 Bunga matahari (Helianthus anuus)
20 Bunga patma (Raflesia patma)
21 Bunga pukul 4 (Mirabilis jalapa)
22 Bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
23 Cabai (Capsicum annum)
24 Cempaka putih (Michelia alba)
25 Coklat (Theobroma cacao)
26 Cempedak (Artocarpus champeden)
27 Dahlia (Dahlia pinata)
28 Damar (Aghatis alba)
29 Delima (Punica sp)
30 Delpinum (Delphinum sp)
31 Delima merah (Punica nana)
32 Durian (Durio zibethinus)
33 Duku (Lansium domesticum)
34 Ganja (Cannabis sativa)
35 Gazania (Gazania)
36 Gasteria (Gasteria)
37 Ginseng korea (Panax ginseng)
38 Hidrila (Hydrilla verticillata)
39 Jahe (Zingiber offinale)
40 Jambu biji (Psidium guajava)
41 Jagung (Zea mays)
42 Jamur kuping (Auricularia auricularia)
43 Jamur merang (Volvariella volvacea)
44 Jati (Tectona grandis)
45 Jeruk (Citrus sp)
46 Jeruk lemon (Citrus lemon)
47 Jeruk manis (Citrus sinensis)
48 Kacang (Vigna mungo)
49 Kacang buncis (Phaseolus vulgaris)
50 Kacang kapri (Pisum sativum)
51 Kacang koro (Phaseolus sp)
52 Kangkung (Ipomoea aquatica)
53 Kelor (Moringa oleifera)
54 Kantong semar (Nepenthes sp)
55 Kaktus (Opuntia sp)
56 Kantil (Michelia champaca)
57 Kedondong (Spandias pinnata)
58 Kapas-kapasan (Malva)
59 Kelapa (Cocos nucifera)
60 Kentang (Solanum tuberosum)
61 Kenikir (Tagetes patula)
62 Kopi (Coffea sp)
63 Labu (Cucurbita)
64 Lada (Piper ningrum)
65 Lempuyung (Zingiber aromaticum)
66 Lidah buaya (Aloe vera)
67 Mangga (Mangifera indica)
68 Mawar (Rosa sp)
69 Melati (Jasminum sambac)
70 Melinjo (Gnetum gnemon)
71 Melon (Cucumis melo)
72 Mengkudu (Morinda citrifolia)
73 Mentimun (Cucumis sativus)
74 Mindi (Melia azadarach)
75 Nanas (Ananas comosus)
76 Nona (Anona sp)
77 Padi (Oryza sativa)
78 Pagagan (Centella asitica)
79 Pisang (Musa paradisiaca)
80 Palem phoenik (Phoenix)
81 Panili (Vanilla planifolia)
82 Pandan (Panndanus tectorius)
83 Pir (Phyrus communis)
84 pakis haji (Cycas rumphii)
85 Putri malu (Mimosa pudica)
86 Pepaya (Carica papaya)
87 Populus (Populus)
88 Randu (Ceiba petandra)
89 Ranti (Solanum ningrum)
90 Ribes (Ribes)
91 Raflesia (Raflesia arnoldi)
92 Sadu (Melia indica)
93 Salak (Salacca edulis)
94 Salix (Salix sp)
95 Sawo (Zapota)
96 Selada (Lactuca sativa)
97 Skila (Scilla)
98 Semangka (Citrulus vulgaris)
100 Sirih (Piper betle)
101 Soka (Ixora paludosa)
102 Srikaya (Annona squamosa)
103 Stoberi (Fragaria vesca)
104 Sukun (Artocarpus communis)
105 Sirsak (Annona muricata)
106 Teh (Camellia sinensis)
107 Teki (Cyperus rotundus)
108 Tembakau (Nicotiana tabacum)
109 Temu lawak (Curcuma xanthorrhizae)
110 Terong (Solanum melongenae)
111 Terong susu (Solanum mammosum)
112 Ubi jalar (Ipomoea batata)
113 Ubi kayu (Manihot utilisima)
114 Waru (Hibiscus tiliaceus)
115 Urang aring (Eclipta alba)
116 Alamanda (Alamanda chatartica)
117 Akalifa (Acalypha sp)
118 Abei (Fragaria)
119 Belis (Bellis)
120 Cedrus (Cedrus)
121 Cendana (Santalum album)
122 Cheri (Prinus avium)
123 Circium (Circium sp)
124 Dadap (Erythrina)
125 Dracaena (Dracaena sp)
126 Jeruk purut (Citrus hystrix)
127 Kacang-kacangan (Vigna sp)
128 Kacang panjang (Vigna sinensis)
129 Kacang merah (Vigna umbellata)
130 Kana (Canna indica)
131 Karet india (Ficus elastica)
132 Kunyit (Curcuma domestica)
133 Leci (Nephelium litchi)
134 Maranta (Maranta)
135 Sinapsis (Sinapsis alba)
136 Anggrek vanda (Vanda)
137 Bit (Beta vulgaris)
138 Gasteria (Gasteria)
139 Kamelia (Camellia japonica)
140 Kantong semar raflesia (Nephentes raflesia)
1 Akasia (Cassia sp)
2 Alpukat (Parsea americana)
3 Anggrek (Orcidaceae)
4 Anggur (Vitis vinifera)
5 Anthurium (Anthurium sp)
6 Apel (Malus silveltris)
7 Aren (Arenga pinnata)
8 Asam jawa (Tamarindus indica)
9 Aster (Aster novae angelia)
10 Bakung (Crinum asiaticum)
11 Bambu kuning (Bambusa vulgaris)
12 Bambu duri (Bambusa spinosa)
13 Bayam (Amaranthus sp)
14 Bayam duri (Amaranthus spinosus)
15 Bawang bombay (Allium cepa)
16 Bawang putih (Allium sativum)
17 Beringin korea (Ficus coreana)
18 Bunga kertas (Zinea elegan)
19 Bunga matahari (Helianthus anuus)
20 Bunga patma (Raflesia patma)
21 Bunga pukul 4 (Mirabilis jalapa)
22 Bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
23 Cabai (Capsicum annum)
24 Cempaka putih (Michelia alba)
25 Coklat (Theobroma cacao)
26 Cempedak (Artocarpus champeden)
27 Dahlia (Dahlia pinata)
28 Damar (Aghatis alba)
29 Delima (Punica sp)
30 Delpinum (Delphinum sp)
31 Delima merah (Punica nana)
32 Durian (Durio zibethinus)
33 Duku (Lansium domesticum)
34 Ganja (Cannabis sativa)
35 Gazania (Gazania)
36 Gasteria (Gasteria)
37 Ginseng korea (Panax ginseng)
38 Hidrila (Hydrilla verticillata)
39 Jahe (Zingiber offinale)
40 Jambu biji (Psidium guajava)
41 Jagung (Zea mays)
42 Jamur kuping (Auricularia auricularia)
43 Jamur merang (Volvariella volvacea)
44 Jati (Tectona grandis)
45 Jeruk (Citrus sp)
46 Jeruk lemon (Citrus lemon)
47 Jeruk manis (Citrus sinensis)
48 Kacang (Vigna mungo)
49 Kacang buncis (Phaseolus vulgaris)
50 Kacang kapri (Pisum sativum)
51 Kacang koro (Phaseolus sp)
52 Kangkung (Ipomoea aquatica)
53 Kelor (Moringa oleifera)
54 Kantong semar (Nepenthes sp)
55 Kaktus (Opuntia sp)
56 Kantil (Michelia champaca)
57 Kedondong (Spandias pinnata)
58 Kapas-kapasan (Malva)
59 Kelapa (Cocos nucifera)
60 Kentang (Solanum tuberosum)
61 Kenikir (Tagetes patula)
62 Kopi (Coffea sp)
63 Labu (Cucurbita)
64 Lada (Piper ningrum)
65 Lempuyung (Zingiber aromaticum)
66 Lidah buaya (Aloe vera)
67 Mangga (Mangifera indica)
68 Mawar (Rosa sp)
69 Melati (Jasminum sambac)
70 Melinjo (Gnetum gnemon)
71 Melon (Cucumis melo)
72 Mengkudu (Morinda citrifolia)
73 Mentimun (Cucumis sativus)
74 Mindi (Melia azadarach)
75 Nanas (Ananas comosus)
76 Nona (Anona sp)
77 Padi (Oryza sativa)
78 Pagagan (Centella asitica)
79 Pisang (Musa paradisiaca)
80 Palem phoenik (Phoenix)
81 Panili (Vanilla planifolia)
82 Pandan (Panndanus tectorius)
83 Pir (Phyrus communis)
84 pakis haji (Cycas rumphii)
85 Putri malu (Mimosa pudica)
86 Pepaya (Carica papaya)
87 Populus (Populus)
88 Randu (Ceiba petandra)
89 Ranti (Solanum ningrum)
90 Ribes (Ribes)
91 Raflesia (Raflesia arnoldi)
92 Sadu (Melia indica)
93 Salak (Salacca edulis)
94 Salix (Salix sp)
95 Sawo (Zapota)
96 Selada (Lactuca sativa)
97 Skila (Scilla)
98 Semangka (Citrulus vulgaris)
100 Sirih (Piper betle)
101 Soka (Ixora paludosa)
102 Srikaya (Annona squamosa)
103 Stoberi (Fragaria vesca)
104 Sukun (Artocarpus communis)
105 Sirsak (Annona muricata)
106 Teh (Camellia sinensis)
107 Teki (Cyperus rotundus)
108 Tembakau (Nicotiana tabacum)
109 Temu lawak (Curcuma xanthorrhizae)
110 Terong (Solanum melongenae)
111 Terong susu (Solanum mammosum)
112 Ubi jalar (Ipomoea batata)
113 Ubi kayu (Manihot utilisima)
114 Waru (Hibiscus tiliaceus)
115 Urang aring (Eclipta alba)
116 Alamanda (Alamanda chatartica)
117 Akalifa (Acalypha sp)
118 Abei (Fragaria)
119 Belis (Bellis)
120 Cedrus (Cedrus)
121 Cendana (Santalum album)
122 Cheri (Prinus avium)
123 Circium (Circium sp)
124 Dadap (Erythrina)
125 Dracaena (Dracaena sp)
126 Jeruk purut (Citrus hystrix)
127 Kacang-kacangan (Vigna sp)
128 Kacang panjang (Vigna sinensis)
129 Kacang merah (Vigna umbellata)
130 Kana (Canna indica)
131 Karet india (Ficus elastica)
132 Kunyit (Curcuma domestica)
133 Leci (Nephelium litchi)
134 Maranta (Maranta)
135 Sinapsis (Sinapsis alba)
136 Anggrek vanda (Vanda)
137 Bit (Beta vulgaris)
138 Gasteria (Gasteria)
139 Kamelia (Camellia japonica)
140 Kantong semar raflesia (Nephentes raflesia)
PENGERTIAN METODE ILMIAH
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk hidup memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu manusia bersifat khas, yaitu selalu berkembang. Hal inilah yang mendasari dan membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, misalnya hewan. Dari rasa ingin tahu itu manusia dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan itu bersifat non ilmiah dan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat nonilmiah dikenal dengan pengetahuan saja. Pengetahuan ini dapat ditemukan secara sengaja (melalui intuisi dan coba-coba) ataupun secara tidak sengaja. Pengetahuan yang ditemukan secara tidak sengaja misalnya penemuan jamur Penicillium penghasil antibiotic penisilin oleh Alexander Fleming. Jamur ini ditemukan saat fleming mempelajari bakteri Staphylococcus.
Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah disebut ilmu. Syarat pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu jika penemuannya menggunakan metode ilmiah. Melalui metode ilmiah ini menyebabkan ilmu bersifat logis (dapat dinalar), metodis(menggunakan metode ilmiah), sistematis (dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai kompleks sehingga tercapai tujuan yang efektif dan efisien), dan berlaku umum (jika diuji kembali oleh orang lain, hasilnya tetap sama).
Inti metode ilmiah adalah mampu berpikir logis, analitis (menggunakan analisis), dan empiris (sesuai kenyataan). Oleh karena itu, kebenaran ilmu itu khas, berbeda dengan kebenaran-kebenaran yang lain, yang bersifat logis dan empiris. Adanya sifat empiris inilah yang menyebabkan kebenaran bersifat objektif, artinya kebenaran melekat pada objek (siapapun yang memandang objek iti pasti sama). Apabila hanya benar secara logis saja atau empiris saja, belum dapat dikatakan benar secara ilmiah tetapi baru mencapai kebenaran sementara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah suatui carea yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persolan atau untuk menguji suatu hipotesisdengan berpikir logis (dapat dinalar), analitis (menggunakan analisis), dan empiris (sesuai kenyataan).
Dalam melakukan kerja ilmiah, ada empat hal pokok yang perlu diketahui dan dilakukan. Empat hal tersebut sebagai berikut :
1. Merencanakan penelitian ilmiah
2. Melaksanakan penelitian ilmiah
3. Mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah
4. Bersikap ilmiah dalam setiap tahap kegiatan ilmiah yang dilakukan
B. Struktur Metode Ilmiah
Suatu mpenelitian akan berhasil dengan baik apabila dilakukan sesuai dengan struktur metode ilmiah. Struktur metode ilmiah memiliki beberapa langkah yang terdiri atas perumusan masalah, pembuatan kerangaka berpikir, penarikan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasan masing-masing langkah metode ilmiah :
1. Perumusan masalah
Menurut Ritchie Colder, proses kegiatan ilmiah dimulai saat manusia tertarik terhadap sesuatu. Ketertarikan ini karena manusia manusia mempunyai sifat perhatian. Pada saat manusia tertarik terhadap sesuatu, seiring dalam pikirannya timbul berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu menurut John Dewy dinamakan sebagai suatu masalah. Proses menemukan masalah ini dikenal sebagai perumusan masalah. Jadi, perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatifcara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai sustu objek serta dapat diketahui factor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut.
2. Penyusunan kerangka berpikir/dasar teori/landasan teori
Penyusunan keranka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai factor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Kerangka berpikir disusun secara rasiponal berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah yang telah teruji kebenarannya. Penyusunan kerangka berpikir menggunakan pola berpikir logis, analitis, dan sintesis atas keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi.
Keterangan-keterangan dalam menyusun suatu kerangka berpikir dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain, wawancara dengan pakar, atau melalui pengamatan langsung (observasi) dilingkungan. Keterangan-keterangan tersebut akan menghasilkan suatu kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini berguna sebagai dasar menarik hipotesis.
3. Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan atau pertanyaan yang diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir. Dikatakan sebagai jawaban sermentara sebab hipotesis ini baru mengandung kebenaran yang bersifat logis dan teoritis. Namun kebenarannya belum bersifat empiris, karena belum terbukti melalui eksperimen. Padahal telah disepakati bahwa kebenaran ilmu harus mengandung kebenaran yang bersifat logis dan empiris. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis tidak hanya terbatas oleh sekelompok orang saja.
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data. Data dapat diperoleh melalui berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan penarikan kesimpulan.
Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis.
5. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat bukti yang cukup untuk mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat bukti yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.
Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Teruji kebenarannya berarti tidak ditemukan bukti yang bertentangan.
C. Penulisan Laporan Ilmiah
Penulisan laporan ilmiah mutlak dilakukan oleh seorang peneliti agar penelitiannya dapat diketahui dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Penulisan laporan ilmiah harus mengikuti aturan-aturan penulisan karya ilmiah.. Selain itu, penulisan laporan ilmiah juga harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Mengetahui kepada siapa laporan itu diajukan.
2. Menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti kegiatan proses penelitian sehingga langkah demi langkah harus dikemukakan secara jelas.
3. Menyadari bahwa latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan peminat pembaca laporan tidak sama. Oleh karena itu, laporan harus dikemukakan dengan jelas mengenai letak dan kedudukan hasil penelitiannya dalam konteks pengetahuan secara umum.
4. Laporan yang ditulis harus jelas dan meyakinkan.
Adapun urutan penulisan laporan ilmiah tersebut, yaitu :
1. Bagian Pengantar
Pada bagian ini penulis menjelaskan kepada pembaca mengenai sistematika tulisan agar mudah mengikuti dan mengetahui garis besar isi laporan, serta mudah menemukan halaman penelitian yang dianggap menarik.
2. Bagian Isi Pokok
Bab Pendahuluan
Pada bab in, penulis bercerita tentang permasalahan, alas an memilih permasalahan tersebut, seberapa penting permasalahan itu, dan manfaat penelitiannya terhadap kemajuan ilmu dan pembangunan.
Bab Tinjauan Pustaka
Bab ini memberi gambaran kepada pembaca mengenai hal-hal yang telah dirintis dan disusun peneliti sebelumnya. Hal ini dapoat menunjukkan pentingnya suatu permasalahan dan memberi gambaran mengenai masalah tersebut, menunjukkan alur pikiran dan memberi gambaran penelitian selanjutnya, serta mengungkapkan hipotesis terhadap permasalahan yang ada.
Bab Bahan dan Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan, cara kerja penelitian, teknik pengambilan sample, dan rancangan penelitian. Juga dijelaskan mengenai teknik yang dipakai untuk menganalisis data.
Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat hasil penelitian yang dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan lainnya. Hasil penelitian tersebut harus diberi pembahasan mengenai, factor-faktor yang mempengaruhi, dan membandingkan dengan teori yang ada ataupun dengan hasil penelitian orang lain. Bab ini merupakan inti laporan penelitian sehingga harus dikemukakan secara jelas dan rinci.
Bab Kesimpulan dan Saran
Bab ini harus dapat menjawab permasalahan yang ada dan membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Jumlah kesimpulan harus sama dengan jumlah permasalahan dan hipotesis yang dibuat. Kesimpulan penelitian harus dibuat jelas, singkat, dan padat.
Pada bab ini, penulis laporan ilmiah harus memberikan saran kepada pembaca agar dapat memperluas penelitiannya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Bab Daftar Pustaka
Pada bagian ini perlu ditulis berbagai pustaka yang digunakan saat penulisan laporan ilmiah.
D. Bahasa Penulisan Ilmiah
Bahasa penulisan ilmiah harus diperhatikan saat menyusun laporan ilmiah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menulis laporan ilmiah yaitu penggunaan kata ilmiah dan kata asing. Kedua kata tersebut harus ditulis atau dicetak berbeda dengan kata lainnya, misalnya diberi garis bawah, cetak miring, atau cetak tebal. Selain itu, kalimat yang dipakai dalam tulisan sebaiknya lugas (singkat, padat, dan jelas), meyakinkan, dan bermakna denotasi (sebenarnya). Makna denotasi dalam laporan ilmiah harus dapat dicapai sebab laporan ilmiah menggunakan bahasa ilmiah (bahasa istilah).
BAB III
KESIMPULAN
Dalam metode ilmiah seluruh langkah-langkah di atas harus dilakukan agar suatu penelitian dapat disebut ilmiah. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut dan benar, karena langkah yang satu merupakan dasar bagi langkah berikutnya. Langkah-langkah yang telah disebutkan di atas harus digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian. Walau terkadang terjadi berbagai variasi yang berkembang sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.
Daftar Pustaka
Sembiring, L. dan Sudjino. 2006 . Biologi Kelas X Semester 1 Untuk SMA dan MA . Klaten : Intan Pariwara
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk hidup memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu manusia bersifat khas, yaitu selalu berkembang. Hal inilah yang mendasari dan membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, misalnya hewan. Dari rasa ingin tahu itu manusia dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan itu bersifat non ilmiah dan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat nonilmiah dikenal dengan pengetahuan saja. Pengetahuan ini dapat ditemukan secara sengaja (melalui intuisi dan coba-coba) ataupun secara tidak sengaja. Pengetahuan yang ditemukan secara tidak sengaja misalnya penemuan jamur Penicillium penghasil antibiotic penisilin oleh Alexander Fleming. Jamur ini ditemukan saat fleming mempelajari bakteri Staphylococcus.
Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah disebut ilmu. Syarat pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu jika penemuannya menggunakan metode ilmiah. Melalui metode ilmiah ini menyebabkan ilmu bersifat logis (dapat dinalar), metodis(menggunakan metode ilmiah), sistematis (dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai kompleks sehingga tercapai tujuan yang efektif dan efisien), dan berlaku umum (jika diuji kembali oleh orang lain, hasilnya tetap sama).
Inti metode ilmiah adalah mampu berpikir logis, analitis (menggunakan analisis), dan empiris (sesuai kenyataan). Oleh karena itu, kebenaran ilmu itu khas, berbeda dengan kebenaran-kebenaran yang lain, yang bersifat logis dan empiris. Adanya sifat empiris inilah yang menyebabkan kebenaran bersifat objektif, artinya kebenaran melekat pada objek (siapapun yang memandang objek iti pasti sama). Apabila hanya benar secara logis saja atau empiris saja, belum dapat dikatakan benar secara ilmiah tetapi baru mencapai kebenaran sementara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah suatui carea yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persolan atau untuk menguji suatu hipotesisdengan berpikir logis (dapat dinalar), analitis (menggunakan analisis), dan empiris (sesuai kenyataan).
Dalam melakukan kerja ilmiah, ada empat hal pokok yang perlu diketahui dan dilakukan. Empat hal tersebut sebagai berikut :
1. Merencanakan penelitian ilmiah
2. Melaksanakan penelitian ilmiah
3. Mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah
4. Bersikap ilmiah dalam setiap tahap kegiatan ilmiah yang dilakukan
B. Struktur Metode Ilmiah
Suatu mpenelitian akan berhasil dengan baik apabila dilakukan sesuai dengan struktur metode ilmiah. Struktur metode ilmiah memiliki beberapa langkah yang terdiri atas perumusan masalah, pembuatan kerangaka berpikir, penarikan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasan masing-masing langkah metode ilmiah :
1. Perumusan masalah
Menurut Ritchie Colder, proses kegiatan ilmiah dimulai saat manusia tertarik terhadap sesuatu. Ketertarikan ini karena manusia manusia mempunyai sifat perhatian. Pada saat manusia tertarik terhadap sesuatu, seiring dalam pikirannya timbul berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu menurut John Dewy dinamakan sebagai suatu masalah. Proses menemukan masalah ini dikenal sebagai perumusan masalah. Jadi, perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatifcara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai sustu objek serta dapat diketahui factor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut.
2. Penyusunan kerangka berpikir/dasar teori/landasan teori
Penyusunan keranka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai factor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Kerangka berpikir disusun secara rasiponal berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah yang telah teruji kebenarannya. Penyusunan kerangka berpikir menggunakan pola berpikir logis, analitis, dan sintesis atas keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi.
Keterangan-keterangan dalam menyusun suatu kerangka berpikir dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain, wawancara dengan pakar, atau melalui pengamatan langsung (observasi) dilingkungan. Keterangan-keterangan tersebut akan menghasilkan suatu kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini berguna sebagai dasar menarik hipotesis.
3. Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan atau pertanyaan yang diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir. Dikatakan sebagai jawaban sermentara sebab hipotesis ini baru mengandung kebenaran yang bersifat logis dan teoritis. Namun kebenarannya belum bersifat empiris, karena belum terbukti melalui eksperimen. Padahal telah disepakati bahwa kebenaran ilmu harus mengandung kebenaran yang bersifat logis dan empiris. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis tidak hanya terbatas oleh sekelompok orang saja.
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data. Data dapat diperoleh melalui berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan penarikan kesimpulan.
Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis.
5. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat bukti yang cukup untuk mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat bukti yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.
Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Teruji kebenarannya berarti tidak ditemukan bukti yang bertentangan.
C. Penulisan Laporan Ilmiah
Penulisan laporan ilmiah mutlak dilakukan oleh seorang peneliti agar penelitiannya dapat diketahui dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Penulisan laporan ilmiah harus mengikuti aturan-aturan penulisan karya ilmiah.. Selain itu, penulisan laporan ilmiah juga harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Mengetahui kepada siapa laporan itu diajukan.
2. Menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti kegiatan proses penelitian sehingga langkah demi langkah harus dikemukakan secara jelas.
3. Menyadari bahwa latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan peminat pembaca laporan tidak sama. Oleh karena itu, laporan harus dikemukakan dengan jelas mengenai letak dan kedudukan hasil penelitiannya dalam konteks pengetahuan secara umum.
4. Laporan yang ditulis harus jelas dan meyakinkan.
Adapun urutan penulisan laporan ilmiah tersebut, yaitu :
1. Bagian Pengantar
Pada bagian ini penulis menjelaskan kepada pembaca mengenai sistematika tulisan agar mudah mengikuti dan mengetahui garis besar isi laporan, serta mudah menemukan halaman penelitian yang dianggap menarik.
2. Bagian Isi Pokok
Bab Pendahuluan
Pada bab in, penulis bercerita tentang permasalahan, alas an memilih permasalahan tersebut, seberapa penting permasalahan itu, dan manfaat penelitiannya terhadap kemajuan ilmu dan pembangunan.
Bab Tinjauan Pustaka
Bab ini memberi gambaran kepada pembaca mengenai hal-hal yang telah dirintis dan disusun peneliti sebelumnya. Hal ini dapoat menunjukkan pentingnya suatu permasalahan dan memberi gambaran mengenai masalah tersebut, menunjukkan alur pikiran dan memberi gambaran penelitian selanjutnya, serta mengungkapkan hipotesis terhadap permasalahan yang ada.
Bab Bahan dan Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan, cara kerja penelitian, teknik pengambilan sample, dan rancangan penelitian. Juga dijelaskan mengenai teknik yang dipakai untuk menganalisis data.
Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat hasil penelitian yang dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan lainnya. Hasil penelitian tersebut harus diberi pembahasan mengenai, factor-faktor yang mempengaruhi, dan membandingkan dengan teori yang ada ataupun dengan hasil penelitian orang lain. Bab ini merupakan inti laporan penelitian sehingga harus dikemukakan secara jelas dan rinci.
Bab Kesimpulan dan Saran
Bab ini harus dapat menjawab permasalahan yang ada dan membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Jumlah kesimpulan harus sama dengan jumlah permasalahan dan hipotesis yang dibuat. Kesimpulan penelitian harus dibuat jelas, singkat, dan padat.
Pada bab ini, penulis laporan ilmiah harus memberikan saran kepada pembaca agar dapat memperluas penelitiannya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Bab Daftar Pustaka
Pada bagian ini perlu ditulis berbagai pustaka yang digunakan saat penulisan laporan ilmiah.
D. Bahasa Penulisan Ilmiah
Bahasa penulisan ilmiah harus diperhatikan saat menyusun laporan ilmiah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menulis laporan ilmiah yaitu penggunaan kata ilmiah dan kata asing. Kedua kata tersebut harus ditulis atau dicetak berbeda dengan kata lainnya, misalnya diberi garis bawah, cetak miring, atau cetak tebal. Selain itu, kalimat yang dipakai dalam tulisan sebaiknya lugas (singkat, padat, dan jelas), meyakinkan, dan bermakna denotasi (sebenarnya). Makna denotasi dalam laporan ilmiah harus dapat dicapai sebab laporan ilmiah menggunakan bahasa ilmiah (bahasa istilah).
BAB III
KESIMPULAN
Dalam metode ilmiah seluruh langkah-langkah di atas harus dilakukan agar suatu penelitian dapat disebut ilmiah. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut dan benar, karena langkah yang satu merupakan dasar bagi langkah berikutnya. Langkah-langkah yang telah disebutkan di atas harus digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian. Walau terkadang terjadi berbagai variasi yang berkembang sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.
Daftar Pustaka
Sembiring, L. dan Sudjino. 2006 . Biologi Kelas X Semester 1 Untuk SMA dan MA . Klaten : Intan Pariwara
LAPORAN PENGAMATAN PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP PERKECAMBAHAN
PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP PERKECAMBAHAN
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh sinar matahari terhadap perkecambahan
2. Untuk mengatahui cara penanaman kacang hijau dengan baik
3. Untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan kecepatan pertumbuhan tanaman antara di tempat terang dan di tempat gelap
4. Menunjukan gejala-gejala pertumbuhan bagi tanaman
B. DASAR TEORI
Kehidupan organisme yang ada dimuka bumi memilki hubungan yang erat dengan lingkungannya. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan ukuran organisme yang tidak dapat kembali ke bentuk semula (irreversible). Dalam hal ini pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga gejalanya dapat di amati melalui fakta-fakta. Faktor lingkungan memilki peran penting terhadap kelangsungan hidup suatu organisme. Selain itu, terdapat faktor yang asangat berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu, faktor internal yang berperan penting dalam mengatur respon organisme terhadap pengaruh lingkungan misalnya enzim dan zat pengatur tumbuh ( hormon tumbuh) dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan misalnya, makanan, suhu, air, pH, dan cahaya matahari.
Cahaya matahari diperlukan untuk fotosintesis dan hasil dari fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan. Ada beberapa tanaman yang cocok ditanam ditempat terbuka misalnya tanaman Gladiol dan ada pula tanaman yang cocok bila berada ditempat gelap. Dalam penelitian ini akan membahas pengaruh cahaya matahari. Nama binomial Kacang hijau adalah Vigna radiata yang berasal dari kelas Magnoliopsida. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang kurang subur dan juga sebagai penyubur tanah karena bersimbiosis dengan Rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Adakah pengaruh cahaya matahari terhadap perkecambahan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan kecambah?
3. Apa keuntungan yang dapat kita peroleh dari penelitian ini
D. HIPOTESIS
1. Cahaya matahari berpengaruh terhadap perkecambahan.
2. Selain cahaya matahari, air dan suhu juga berpengaruh terhadap pertumbuhan.
3. Kemungkinan pertumbuhan batang kecambah di pengaruhi oleh intensitas cahaya.
E. ALAT
1. Aqua gelas yang sudah di lubangi 4 buah
2. Pengaris
3. Pena
4. Kertas
F. BAHAN
1. 8 buah kacang hijau
2. Air
3. Tanah
4. Pupuk
G. CARA KERJA
a. Siapkan aqua gelas yang sudah dilubangi dan beri nama
b. Campurkan tanah dan pupuk hingga tercampur rata, lalu masukkan ke dalam aqua gelas yang sudah dilubangi tadi.
c. Masing-masing aqua di isi dengan 3 buah kacang hijau
d. Beri sampel pada tiap-tiap benih kacang hijau
e. Aqua 1 dan 2 di letakan di tempat terang sedangkan 3 dan 4 diletakan ditempat gelap
f. Siram secara teratur
g. Amati pertumbuhan kacang hijau selama 5 hari!!!!!!!!!
h. Catatlah perubahan yang terjadi pada tanaman yang di tempat maupun yang di tempat terang
H. DATA ATAU HASIL
Hasil Pengamatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Hijau pada Tempat Terang
Hari Hasil pengukuran panjang kecambah
1 2 3 4
1 0,4 cm - 1 cm 1 cm
2 1,7 cm 0,3 cm 2,6 cm 2,2 cm
3 2,8 cm 1,5 cm 3, 4 cm 3 cm
4 4 cm 2 cm 4,2 cm 3,9 cm
5 6,4 cm 2,8 cm 5 cm 4,8 cm
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh sinar matahari terhadap perkecambahan
2. Untuk mengatahui cara penanaman kacang hijau dengan baik
3. Untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan kecepatan pertumbuhan tanaman antara di tempat terang dan di tempat gelap
4. Menunjukan gejala-gejala pertumbuhan bagi tanaman
B. DASAR TEORI
Kehidupan organisme yang ada dimuka bumi memilki hubungan yang erat dengan lingkungannya. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan ukuran organisme yang tidak dapat kembali ke bentuk semula (irreversible). Dalam hal ini pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga gejalanya dapat di amati melalui fakta-fakta. Faktor lingkungan memilki peran penting terhadap kelangsungan hidup suatu organisme. Selain itu, terdapat faktor yang asangat berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu, faktor internal yang berperan penting dalam mengatur respon organisme terhadap pengaruh lingkungan misalnya enzim dan zat pengatur tumbuh ( hormon tumbuh) dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan misalnya, makanan, suhu, air, pH, dan cahaya matahari.
Cahaya matahari diperlukan untuk fotosintesis dan hasil dari fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan. Ada beberapa tanaman yang cocok ditanam ditempat terbuka misalnya tanaman Gladiol dan ada pula tanaman yang cocok bila berada ditempat gelap. Dalam penelitian ini akan membahas pengaruh cahaya matahari. Nama binomial Kacang hijau adalah Vigna radiata yang berasal dari kelas Magnoliopsida. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang kurang subur dan juga sebagai penyubur tanah karena bersimbiosis dengan Rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Adakah pengaruh cahaya matahari terhadap perkecambahan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan kecambah?
3. Apa keuntungan yang dapat kita peroleh dari penelitian ini
D. HIPOTESIS
1. Cahaya matahari berpengaruh terhadap perkecambahan.
2. Selain cahaya matahari, air dan suhu juga berpengaruh terhadap pertumbuhan.
3. Kemungkinan pertumbuhan batang kecambah di pengaruhi oleh intensitas cahaya.
E. ALAT
1. Aqua gelas yang sudah di lubangi 4 buah
2. Pengaris
3. Pena
4. Kertas
F. BAHAN
1. 8 buah kacang hijau
2. Air
3. Tanah
4. Pupuk
G. CARA KERJA
a. Siapkan aqua gelas yang sudah dilubangi dan beri nama
b. Campurkan tanah dan pupuk hingga tercampur rata, lalu masukkan ke dalam aqua gelas yang sudah dilubangi tadi.
c. Masing-masing aqua di isi dengan 3 buah kacang hijau
d. Beri sampel pada tiap-tiap benih kacang hijau
e. Aqua 1 dan 2 di letakan di tempat terang sedangkan 3 dan 4 diletakan ditempat gelap
f. Siram secara teratur
g. Amati pertumbuhan kacang hijau selama 5 hari!!!!!!!!!
h. Catatlah perubahan yang terjadi pada tanaman yang di tempat maupun yang di tempat terang
H. DATA ATAU HASIL
Hasil Pengamatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Hijau pada Tempat Terang
Hari Hasil pengukuran panjang kecambah
1 2 3 4
1 0,4 cm - 1 cm 1 cm
2 1,7 cm 0,3 cm 2,6 cm 2,2 cm
3 2,8 cm 1,5 cm 3, 4 cm 3 cm
4 4 cm 2 cm 4,2 cm 3,9 cm
5 6,4 cm 2,8 cm 5 cm 4,8 cm
Rabu, 27 Agustus 2014
PEMBUATAN KEJU DARI SUSU KEDELAI + SUSU KAMBING
UJI KADAR LEMAK PADA KEJU BERBAHAN BAKU SUSU KEDELAI
DAN SUSU KAMBING YANG DI INOKULASI DENGAN Rhizopus
oryzae SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA PADA MATERI BIOTEKNOLOGI
FENDI RIAWAN
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah
e-mail: fendiriawan@rocketmail.com
Abstrak
Susu merupakan makanan alami yang
mendekati sempurna. Kesempurnaan susu sebagai bahan makanan disebabkan susu
mengandung semua komponen yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak dan
karbohidrat yang masing-masing mengandung unsur C, H, dan O. selain itu susu
juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pergantian jaringan yang rusak. Oleh
karena itu sangat menguntungkan jika dimanfaatkan sebagai suatu produk olahan
yang mempunyai nilai gizi seperti bahan baku pembuatan keju.
Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui perbedaan kadar lemak pada keju yang dihasilkan dari bahan baku susu
kedelai, susu kambing, (2) mengetahui jenis susu yang mempunyai kadar lemak
yang rendah pada bahan pembuatan keju, (3) menyusun rancangan sumber belajar
dari penelitian yang telah dilakukan. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
yaitu memberikan perlakuan dan pengamatan terhadap keju yang dibuat dengan
memberikan variasi bahan baku susu kedelai dan susu kambing yang diinokulasi
dengan Rhizopus oryzae. Perlakuan A yaitu 100% susu kedelai dengan 8
pengulangan. Setiap sampel menggunakan 100 ml susu dengan 10 ml stater.
Parameter yang diukur meliputi kadar lemak dan uji organoleptik dari warna,
aroma, rasa, tekstur, dan daya terima. Hasil penelitian yang diperoleh dari
rata-rata kadar lemak keju dari perlakuan A, B, dan C yaitu 0,2449%, 0,5798%,
dan 11,117%. Selanjutnya data diuji dengan menggunakan uji ANOVA pada perlakuan
A dan B menghasilkan f hitung
> f tabel yaitu
394.9304 > 3,4668 pada taraf signifikansi α = 5% maka kesimpulanya adalah H0
ditolak dan terima H1 artinya ada pengaruh variasi bahan baku
terhadap kadar protein pada keju segar. Berdasarkan data hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar lemak yang dihasilkan pada keju dengan
bahan baku susu kedelai dan susu kambing. Kadar lemak yang paling rendah
terdapat pada keju dengan perlakuan susu kedelai dengan jumlah rata-rata
0,2449%. Berdasarkan dari uji organoleptik pada perlakuan C yaitu 100% susu
kambing mempunyai kriteria terbaik dilihat dari segi warna sangat kuning, aroma
sangat khas keju, rasa sangat gurih, tekstur sangat lunak, dan daya terima
sangat suka sebesar. Saran dari peneliti bagi masyarakat, susu dapat dijadikan
alternatif pembuatan keju. Bagi guru, keju dapat dijadikan alternative
pengganti topik praktikum pada materi pokok bioteknologi pangan.
Kata Kunci: kadar lemak,
keju, susu kedelai dan susu kambing, rancangan sumber belajar bioteknologi.
THE TEST OF FAT CHEESE WHICH IS DERIVED OF SOYBEAN MILK END GOAT’S MILK
WHICH INOCULATED WITH Rhizopus oryzae AS A BIOLOGY LEARNING SOURCE AT
STATE SENIOR HIGH SCHOOL IN BIOLOGY SUBJECT
FENDI RIAWAN
Biology Education Program, Teacher Training and Education Faculty,
Muhammadiyah University of Metro
e-mail: fendiriawan@rocketmail.com
ABSTRACT
Milk is a natural food which is close to perfect. Perfection of milk as a
food caused of milk contains all
of the components which are necessary by the body such as proteins,
fats and carbohydrates
and each component contain elements of C,
H, and O. Besides that, milk also
has benefit to growth and replacement of damaged tissues. Therefore, it is very beneficial if milk is utilized as a processed product which has nutritional value as staple
for making a cheese.
The purpose
of this study are: ( 1 ) to know the differences fat content of cheese which
produced from staple of soybean milk, goat's milk, ( 2 ) to know the type of a milk
and which one has a lower fat content in making a cheese , ( 3 ) Arrange the program
of learning resources from the research that has been done , ( 4 ) to know that
a cheese has a good quality is a cheese that has low fat and high protein. This
research is experiment research. The researcher give the treatment and did the observation
of a cheese made with gives variations of soybean staple and goat milk which inoculated
with Rhizopus oryzae. Treatment A that is 100 % soybean milk with 8
repetitions. Each sample is using 100 ml of milk with 10 ml of stater. Parameters
measured including fat rate and organoleptic test of color, aroma, taste,
texture, and the receptivity. The result of this get from the average fat rate
of cheese from the treatment A, B, and C and the result is 0.2449 %, 0.5798 %,
and 11,117 %. Then, the data were tested using t test (test of two side t -test
are correlated) in treatment A and B produce thitung is 15,403 and ttabel is 22,145 with a significant level of 5 % , so if t hitung ≥ t tabel it’s mean reject H0, and it’s mean there is significant difference of fat cheese in treatment
A and B, then the treatment of B and C show that there is a significant
difference in fat cheese.
Based on the data from the result of this
research conclude that there is the differences in the levels of fat cheese produced
with staple of goat’s milk and soybean milk. The lowest fat rate found in soybean milk cheese with
treatment and the average is 0.2449%. Based on
organoleptic tests on treatment C is 100%
goat milk has the
best criterion In terms of color is yellow is 60.00%, the typical aroma of the cheese is 25.58%,
the tasteful is 32.61%, soft texture is 25.00% ,
and the receptivity is 35,29%. The
suggestion of the researcher for the public is milk can
be used as an alternative milk cheese making. For
the teachers, the cheese can
be used as an alternative to practical topics in the
subject matter of food biotechnology.
Keyword: fat content,
cheese, soy milk end goat milk,the design of learning resources biotechnology.
Susu merupakan makanan
alami yang mendekati sempurna. Kesempurnaan susu sebagai bahan makanan
disebabkan susu mengandung semua komponen yang diperlukan oleh tubuh seperti
protein, lemak dan karbohidrat (dalam hal ini adalah laktosa) yang
masing-masing mengandung unsure C, H, dan O. Selain mengandung unsure-unsur
tersebut protein susu sendiri mengandung unsur N, yang menjadikan protein
sebagai zat gizi utama bagi hewan dan manusia yaitu berfungsi untuk pertumbuhan
dan pergantian jaringan tubuh yang rusak. Dalam pembuatan keju ini menggunakan
bahan baku susu kambing dan susu
kedelai.
Susu kambing
merupakan sumber protein terbaik setelah telur dan hampir setara dengan ASI.
Bahkan didaerah kering dan tandus seperti Afrika dan sebagian India,
masyarakatnya mengandalkan susu kambing untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang. Survei USDA (dalam Hidayat 2009) menyatakan bahwa susu kambing
berfungsi untuk berbagai keadaan terutama mencegah penyakit, bahkan dianjurkan
untuk penderita penyakit TBC, asma, anemia, hepatitis, kram otot dan tukak
lambung.
Susu kedelai
merupakan produk yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai dengan air atau
larutan tepung kedelai didalam air, susu kedelai adalah minuman serupa susu
yang dibuat dari kedelai, minuman ini berasal dari tiongkok dan merupaka emulsi
stabil minyak, air, dan protein. Diantara jenis kacang-kacangan, kedelai
merupakan sumber protein yang paling baik
Keju
merupakan produk fermentasi susu yang menggunakan koagulan susu berupa rannet
baik dari mikroba maupun sumber hayati lainnya. Keju mozzarella merupakan keju
lunak yang proses pembuatannya tidak dimatangkan atau disebut dengan keju segar
(fresh cheese). Willman (dalam Komar
dkk 2009:27) menyatakan bahwa keju Mozzaella merupakan keju khas itali, yang
biasa digunakan dalam bahan campuran pizza.
Berbagai
jenis keju yang banyak diperlukan masyarakat diantaranya ialah keju Mozzarella,
keju ini merupakan jenis keju pasta filata. Cara pembuatannya dengan pemasakan
dan pemuluran curd dalam bak air
panas, sehingga mempunyai karakteristik setruktur berserabut, dengan daya leleh
dan kemuluran yang tinggi (Purwadi, 2010:33). Menurut Komar (2009:78)
menyatakan bahwa ciri-ciri keju Mozzarella adalah elastis, berserabut, dan
lunak. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pembenaman didalam bak air panas
serta adanya penekanan hingga lunak. Selain itu keju Mozzarella juga mempunyai
kandungan gizi yang baik bagi tubuh diantaranya terdapat kandungan lemak dan
protein yang berperan penting untuk proses pertumbuhan. Menurut Walstra et al (dalam Purwadi 2010:33) menyatakan
bahwa keju Mozzarella mempunyai kadar lemak dalam bahan kering 35 – 45 %, air
52 – 56 % dan garam sekitar 1 %. Menurut Fox et al (dalam Purwadi 2010:33) menyatakan bahwa keju Mozzarella
memliki komposisi yang terdiri atas bahan kering 46 %, lemak 18,0%, protein
22,1%, garam 0,7%, dan abu 2,3%, serta pH 5,2%.
Menurut
Cakrawati & Mustika (2012:70) Lemak adalah seyawa organik dan heterogen
yang mengandung unsur-unur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang
membetuk ester asam lemak dan gliserol. Estikomah, dkk, (2010:59) meyatakan bahwa Lemak adalah sebuah sumber
komponen dalam makanan yang memberikan citra-rasa, aroma dan tekstur pada sebuah
keju. Komar dkk (2009:83) menyatakan bahwa kadar keju olahan bergatung dari
kadar lemak keju yang digunakan.
Lemak susu
biasanya membentuk suatu komposisi yang kompleks. Triasilgliserol adalah
komponen yang dominan dengan kadar 98% dari total lemak susu, ditambah
digliserol dan monogliserol serta asam lemak bebas.
Lemak
pada susu mengandung sekitar 12,5% gliserol dan 85,5% asam lemak.
Komponen-komponen lain yang terdapat dalam lemak susu adalah fosfolipida,
sterol, dan karotenoid (Suharyanto. 2009).
Dari penelitian
yang telah dilakukan oleh Solikah Ana dkk tahun 2010 diketahui bahwa Rhyzopus orizae dapat digunakan sebagai
pengganti peran rennet sebagai
penggumpal kasein susu.hal tersebut
karena Rhyzopus orizae memiliki enzim
protease. Enzim tersebut mampu menggumpalkan kasein susu ketika proses
fermentasi susu.
Adapun Tujuan
penelitian ini adalah: (1) mengetahui perbedaan kadar lemak pada keju yang
dihasilkan dari bahan baku susu kedelai, susu kambing, (2) mengetahui jenis
susu yang mempunyai kadar lemak yang rendah pada bahan pembuatan keju, (3)
menyusun rancangan sumber belajar dari penelitian yang telah dilakukan.
METODE
penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan yaitu Pelakuan pertama dengan menggunakan susu kedelai
(0%) + susu kambing (100%), perlakuan kedua susu kedelai + susu kambing (50% +
50%) dan perlakuan ketiga susu kedelai (100%) + susu kambing (0%). Masing-masing
perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak
8 kali . Hal yang akan diamati adalah kadar lemak pada
masing-masing perlakuan. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Pendidikan MIPA
Universitas Muhammadyah Metro bulan Januari 2014 dan pengujian dilakukan
di Polinela Lampung. Adapun langkah–langkah pembuatan keju adalah sebagai
berikut:
a.
Memanaskan susu
kambing sampai suhu 70 0C selama 30 detik.
b.
Mendinginkan sampai
susu kambing mencapai 37 0C.
c.
Memasukan susu kambing
kedalam 8 buah gelas baker dengan volume masing-masing 90 mL.
d.
Menginokulasi Rhizopus oryzae kedalam masing-masing
botol sebanyak 10 mL.
e.
Menginkubasikan
kedalam inkubator pada suhu 37 0C selama 9 jam dengan menutup
almunium foil.
f.
Memanaskan kembali
selama 30 menit pada suhu 40 0C.
g.
Mendinginkan selama 1
jam sambil diaduk setiap 5 menit.
h.
Menyaring dengan kain
kasa bersih dan Mengepres churd yang terbentuk.
i.
Memberikan garam 4%
dan mengaduk sampai rata.
j.
Membungkus dengan
almunium foil.
k.
Melanjutkan dengan
susu yang lain dengan langkah-langkah sama seperti di atas.
Pengujian kadar lemak
keju dilakukan dengan menggunakan metode Soxhlet
diuji di laboratoriun Polinela.
HASIL
Kadar protein
pada keju segar pada perlakuan variasi bahan baku susu kedelai (100%) + susu
kambing (0%) dapat disajikan sebagai berikut:
Gambar 1. Kadar lemak
pada keju yang dibuat variasi bahan baku susu kedelai (100%) + susu kambing (0%)
Keju segar pada perlakuan susu kedelai (50%) + susu
kambing (50%) dapat disajikan sebagai berikut:
Gambar 2. Kadar lemak pada keju
dengan variasi bahan baku susu kedelai (50%) + susu kambing (50%)
Keju segar yang dibuat
dengan variasi bahan baku susu kedelai (0%) + susu kambing (100%) dapat
disajikan sebagai berikut:
Gambar 3. kadar lemak pada keju segar
yang dibuat dengan variasi bahan baku susu kedelai (0%) + susu kambing (100%)
Rata-rata kadar protein
pada keju segar pada setiap perlakuan dengan variasi susu kedelai (100%) + susu
kambing (0%), susu kedelai (50%) + susu kambing (50%) dan susu kedelai (0%) +
susu kambing (100%) dapat dibuat diagram
batang sebagai berikut:
Gambar
4. Rata-Rata Kadar lemak Setiap Perlakuan
PEMBAHASAN
Berdasarkan diagram
rata-rata kadar lemak keju dengan
perlakuan A 100% susu kedelai, B 50% susu kedelai + 50% susu kambing, dan C
100% susu kambing dapat diketahui pada perlakuan A memiliki kadar lemak
terendah dengan rata-rata hanya mencapai 0,2449%, Pada perlakuan B kadar lemak
menghasilkan rata-rata mencapai 0,5798%, Sedangkan pada perlakuan C
menghasilkan kadar lemak dengan rata-rata 11,117% lebih tinggi dari kedua
lainnya.
Menurut Buckle.
et al., (2007) Faktor yang mempengaruhi kadar lemak pada keju yang
dihasilkan dapat pula dipengaruhi oleh pasteurisasi. Pasteurisasi susu dapat
menyebabkan bakteri yang berguna (misalnya bakteri asam laktat) serta beberapa
enzim susu seperti lipase kemungkinan juga ikut rusak, sehingga digunakan
temperatur yang lebih rendah (650C) untuk membunuh beberapa koliform
agar dapat mempertahankan aktivitas enzim-enzim lipase. Penggunaan suhu di
atas 660C dapat menyebabkan timbulnya flavor susu masak dan
kemungkinan rusaknya lapisan tipis di sekitar butiran lemak.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan guna mengetahui tingkat kadar lemak pada keju
berbahan baku susu kedelai, susu kedelai + susu kambing, dan susu kambing yang
diinokulasi dengan Rhizopus oryzae
dengan takaran 1:10 sehingga secara berurutan untuk tiap perlakuan kadar lemak
yang dihasilkan sebesar 0,245, 0,580, dan 1,112. Kadar lemak paling rendah
terdapat pada perlakuan A (susu kedelai) yang hanya mencapai 0,245 dikarenakan
pada susu kedelai memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang rendah
kolesterol sehingga dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan keju dengan
nilai kadar lemak yang optimal. Hal ini dapat dijadikan sebagai wawasan dalam
pembuatan keju, dengan memperhatikan macam-macam bahan baku keju serta suhu
dalam proses pembuatan sehingga dapat menghasilkan kadar lemak yang optimal.
Selain itu faktor perbedaan bahan baku dan suhu juga dapat mempengaruhi hasil
nyata keju seperti warna, aroma, tekstur, rasa, serta kesukaan dari keju tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1). Terdapat
perbedaan jumlah kadar lemak keju yang dihasilkan dari bahan baku 100% susu
kedelai, 50% susu kedelai + 50% susu kambing, dan 100% susu kambing, 2).Rata-rata
kadar lemak paling rendah terdapat pada perlakuan A dengan bahan baku 100% susu
kedelai yaitu sebesar 0,2449% dengan jumlah yang baik terhadap kadar lemak yang
diinginkan, 3). Berdasarkan hasil uji organoleptik keju yang paling disukai panelis yaitu
pada keju dengan perlakuan C berbahan baku 100% susu kambing dengan presentase
pemilihan kriteria terbaik dari warna sangat kuning sebanyak 60,00%, aroma
sangat khas keju sebanyak 25,58%, rasa sangat gurih sebanyak 32,61%, tekstur
sangat lunak sebesar 25,00%, dan daya terima sangat suka sebanyak 35,29%.
Dilihat dari hasil serta proses dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini dapat dijadikan sebagai rancangan sumber belajar pada materi
pokok Bioteknologi.
SARAN
Saran yang
diberikan adalah sebagai berikut: 1). Bagi masyarakat, aneka macam susu di
pasaran dapat dijadikan alternativ untuk membuat keju, 2). Bagi guru, pembuatan
keju dari aneka susu dapat dijadikan alternativ pengganti topik praktikum pada
materi pokok Bioteknologi Pangan, 3). Bagi peneliti disarankan: a). Takaran
bahan baku pada pembuatan keju antara susu dengan stater harus pas jika 10:1
jika susu sebanyak 100 ml maka stater yang digunakan sebanyak 10 ml, b). Proses
pemanasan pada keju sebaiknya jangan melebihi 40oC karena akan menyebabkan
kerusakan pada protein den lemak yang ada di dalamnya. Perlu diadakan
penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui kadar gizi yang lain seperti
kandungan protein dan vitamin lainnya pada keju.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat
Mahpus. 2009. Daya Saing dan Dampak
Kebijakan Pemerintah terhadap Susu Kambing di Kabupaten Bogor. Tidak
diterbikan. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Komar,
Nur, Hawa Choviya la, Prastiwi Riska. 2009. Karakteristik Termal Produk Keju
Mozzarella (Kajian Konsentrasi Asam Sitrat). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 10. No 2. Hal 78-87.
Purwadi.
2010. Kualitas Fisik Keju Mozzerella dengan Bahan Pangan Jus Jeruk Nipis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol.
5. No 2. Hal 33-40.
Cakrawati
Dewi, dan Mustika NH. 2011. Bahan Pangan
Gizi, dan Kesehatan. Bandung: Alpa Betta.
Estikomah
Solikah Ana, Sutarno, Pangestu Artini. 2010. Pemeraman untuk Meningkatkan
Kualitas Keju yang Diinokulasi Rhizopus
oryzae. Bioteknologi. Vol 2. Hal 55-62.
Langganan:
Postingan (Atom)