Pendidikan hanyalah sebuah nama yang tak berarti apa-apa di mata mereka,
banyak orang di luar sana yang berfikir bahwa pendidikan itu gak penting, bahkan ada pula yang berkata bahwa tanpa pendidikan pun kita bisa hidup dan bisa melakukan suatu hal seperti orang yang berpendidikan lakukan.
Ada seseorang yang pernah berkatabahwa Orang-Orang yang mempunyai kecerdasan lebih hanya akan meruak banga.
Bukti nyata sudah tertera bahwa (Mr. X) Bergelar sebagai koruptor kebanyakan orang-orang yang berpendidikan yang telah berhasil mengatur arah tujuan hidup mereka tanpa memikirkan sodara-sodara yang masih berada di bawah.
Seorang ayah pernah berkata kepada anaknya yang masih di bawah umur
" Nak besok kalau kamu sudah lulus SMP bapak akan membelikan Domba yang banyak dan kamu pelihara supaya besok kalau kamu sudah berumah tangga kamu bia menjadi orang kaya"
Si Anak sepontan menjawab "iya" karna mendengar kata-kata "KAYA" di akhir kalimat.
Kenapa si bapak bisa berkata seperti itu...?
Karna si ayah pada masa umurnya tidak pernah menemui orang sukses dan benar, benar dalam artimampu mengalahkan hasutan-hasutan setan, dan mampu menjalankan dengan lurus kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan.
Jumat, 22 Juni 2012
Rabu, 20 Juni 2012
meliput tentang SUPERVISI
Profesi Kependidikan
Nama : F2
NPM : 10321317
Prodi : P. Biologi (a)
SOAL NO 1
A. pengertian tentang SUPERVISI di tinjau dari berbagai sudut
pandang
Arti Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
• Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki
• Secara sematik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
• Secara Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan.
Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa Sebelum terbentuknya supervisi, pemerintah membentuk suatu konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan, kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah yakni sistematis, obyektif dan menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi.
Orang yang menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini
mengadakan:
1. Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya
2. Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan/digariskan
3. Judging : mengadili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak
Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
5. Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik
Adapun Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human,
manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari - cari kesalahan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yg masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, & melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya
Orang yang melakukan supervise disebut supervisor. Dibidang pendidikan disebut supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0134/0/1977, temasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penelik sekolah, dan
para pengawas ditingkatkan kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di
tiap provinsi.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dalam buku Supervisi Pendidikan, Drs. N. A. Ametembun (2000 : 8-10) mengatakan bahwa : Kepengawasan menurut konsep baru (modern, progresip) sebagaimana terkandung dalam pengertian “Supervisi” bercirikan :
1. Reseach : meneliti bagaimana situasi sekolah yang sebenarnya. Dalam proses ilmiah, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
• Merumuskan problem yang akan diteliti.
• Mengumpulkan data tentang problem itu.
Dalam fase ini mengumpulkan berbagai fakta dan opini (pendapat) sebagai bahan pertimbangan. Teknik-teknik yang dipakai misalnya : observasi wawancara, angket, dan sebagainya.
• Pengolahan data.
Bahan-bahan yang telah terkumpul diolah untuk memperoleh suatu konklusi atau kesimpulan; biasanya dipergunakan perhitungan-perhitungan statistik, misalnya dengan persentase (%), dan sebagainya.
• Penyimpulan hasil penelitian
Dari hasil pengolahan itu dapatlah disimpulkan, bagaimana keadaan sebenarnya suatu situasi pendidikan.
2. Evaluation : penilaian.
Hasil penelitian itu dinilai bersama, secara kooperatif diantara supervisor dan yang disupervisi, yaitu :
• Bersama-sama mencari aspek-aspek positif (kebaikan-kebaikan, kemajuan-kemajuan) yang telah dicapai;
• Bersama-sama meninjau aspek-aspek negatif (kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan, atau hambatan-hambatan) yang masih ada;
• Bersama-sama menganalisa sebab-sebab masih adanya kekurangan-kekurangan/hambatan-hambatan yang dialami.
3. Improvement : mengadakan perbaikan.
Baik supervisor maupun yang disupervisi :
• Bersama-sama mengikhtiarkan cara-cara untuk mengatasi kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang dialami;
• Bersama-sama mencari jalan mempertahankan yang sudah baik, bahkan meningkatkannya agar lebih baik lagi.
4. Assistence : memberikan bantuan dan bimbingan (guidence) dan penyuluhan
(counseling). Atas kesadaran tugas dan tanggung jawabnya, Supervisor :
• Menyediakan waktu dan tenaganya untukmembantu mengadakan perbaikan
-perbaikan;
• Mengikhtiarkan sumber-sumber, baik sumber-sumber material maupun personil
• Mengikhtiarkan sumber-sumber, baik sumber-sumber material maupun personil
serta menunjukkan jalan ke arah perbaikan;
• Memberi bimbingan (guidence) dan penyuluhan (counseling) ke arah perbaikan situasi.
5. Cooperation : yaitu kerjasama, gotong-royong secara kekeluargaan antara
supervisor dan “supervisee” (orang yang disupervisi) dan diantara para yang
disupervisi ke arah perbaikan situasi.
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pekerjaan pengawasan tetapi sifatnya lebih “human, manusiawi”. Di dalam kegiatan supervisi, pelaksanaan bukan mencari-cari kesalahan atau kekurangan, tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar pekerjaan yang disupervisi diketahui kekurangannya (tetapi bukan semata-mata kesalahannya).
Di dalam buku Pedoman Kurikulum tahun 1975 dan diperbarui sebagai kurikulum 1984, disebutkan bahwa Supervisi merupakan pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dengan lebih baik.
Dengan demikian administrasi dan supervisi merupakan sebagian dari
proses pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, namun masih banyak yang
memahami bahwa administrasi termasuk yang sering menghambat dalam
proses belajar mengajar.
Dimana administrasi sering diartikan secara sempit yakni kegiatan
ketatausahaan dan surat menyurat, padahal administrasi merupakan proses
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan, sebagaimana
juga supervisi. Supervisi dalam pendidikan telah lama dikenal namun tidak
semua orang dalam dunia pendidikan mengerti apa hakekat supervisi itu
sendiri. Supervisi disamakan dengan pekerjaan mengawasi, supervisi lebih
banyak mengawasi daripada berbagai ide pengalaman. Guru cenderung
menjadi resah dan takut apabila mereka diawasi, sehingga kenbanyakan guru
tidak suka disupevisi walaupun hal itu merupakan bagian proses pendidikan.
Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas, dimana segala
bantuan dari pimpinan sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai
tujuan pendidikan. Dengan kata lain dapat disimpulkan dari beberapa
pendapat bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.
Peningkatan kinerja guru ditentukan oleh tingkat keberhasilan peran
kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai administrator dan
supervisor. Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah
diantaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam
melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi yang
dapat diterapkan oleh kepala sekolah diantarannya adalah menerapkan arah
tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan
berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan,
peningkatan dan pengembangan para guru dan staf tata usaha, serta
menumbuhkan kreatifitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang
maksimal.
SOAL NO 1
B. Perbedaan antara inspeksi dengan supervisi
Menurut pandangan saya letak pembeda antara inspeksi dangan supervisi terdapat pada sistem kerjanya
inspeksi bertujuan memeriksa sampai seberapa jauh suatu rencana telah dilaksanakan atau apakah yang dilakukan selama ini telah sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dituju. Laporan hasil inspeksi adalah berbentuk laporan kemajuan usaha dan keadaan semua unsur-unsurnya.
Sedangkan supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Jadi dilihat dari sisi morfologisnya inspeksi cenderung merujuk ke pemeriksaan, dan setelah itu barulah di adakanya suatu perbaikan, berbeda dengan supervisi,
Supervisi cenderung merujuk pada suatu pembinaan tenaga kerja, dalam artian merangkum dari aspek pemeriksaan dan aspek perbaikan.
SOAL NO 2
Apa tujuan, prinsip, dan fungsi dari supervisi......?
a. Tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan belajar yang lebih baik dan efektif. Usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan pada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu, pembentukan pribadi anak yang utuh dan maksimal.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan antara lain:
1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan antara lain:
1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
4. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri.
5. Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
6. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan
sepenuhnya dengan baik dalam pembinaan sekolah.
b. prinsip Supervisi
Seorang kepala sekolah atau selaku pemimpin sekolah yang berfungsi sebagai supervisor. Dan dalam melaksanakan tugasnya idealnya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi yang sudah ditentukan. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan. Ia adalah jasa yang bersifat kooperatif dan mengikutsertakan, sehingga para guru hendaknya dapat dilibatkan seberapa dapat dalam pengembangan supervisi.
Ada beberapa prinsi pokok dalam supervisi antara lain,
a. Ilmiah yang mencakup unsure-unsur:
Sistematika artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu.
Obyektif artinya data yang didapat pada observasi yang nyata dan buka tafiran pribadi.
Obyektif artinya data yang didapat pada observasi yang nyata dan buka tafiran pribadi.
Menggunakan alat (instrument) yang dapat member informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
b. Demokratis, yaitu menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
c. Kooperatif, maksudnya ialah seluruh staf dapat bekerja bersama, menggembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
b. Demokratis, yaitu menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
c. Kooperatif, maksudnya ialah seluruh staf dapat bekerja bersama, menggembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
d. Konstruktif, dan kreatif yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat menggunakan potensi-potensinya dengan baik dan maksimal.
c. Fungsi supervisi
Supervisor akan berfungsi, bila supervisor dipandang sebagai bagian atau oragan dari organisasi sekolah. Dan bila dipandang sebagai sesuatu yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan dari supervisi. Maka fungsi dan tujuan supervisi sangat berhubungan dengan erat, dan keduanya menyangkut hal yang sama. Hal ini dibedakan agar informasi yang diberikan nanti menjadi lebih lengkap.
Fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar antara lain:
a. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu mengembangkan potensi individu peserta didik.
a. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu mengembangkan potensi individu peserta didik.
b. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina para guru dan staf personalia agar ingin bekerja dan mengajar dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka
menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori
kemajuan masyarakat sekitar.
TUGAS NO 3
Menjelaskan tentang pendekatan-pendekatan yang dapat di
laksanakan dalam pelaksanaan supervisi
Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan, ada beberapa pendekatan yang mungkin harus di laksanakan dalam pelaksanaan supervis di antaranya yaitu:
1. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara rill.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru.
Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai berikut :
1. Pembicaraan awal.
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go – or – no- point)
2. Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi
kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir.
4. Pembicaraan akhir.
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya
2. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai
kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan
kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak
memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor
adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara
bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar.
Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya: (1) definisi tentang
tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan , (2)
penilaian kemampuan mual guru dengan segala pirantinya, (3) program
supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan
pelaksanaannya dan (4) monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk
mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.
Adapun teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi
adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya kompetensi
untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang
lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan
memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana
digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa
dalam belajar sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan
datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis
kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu
adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara
jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang
digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas
jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam
memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi
informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti
manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai
dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu
dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan
dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif
tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya
untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam
pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab
guru.
3. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk
berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap
muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang
tersruktur dan pengembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan
guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya
dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan
profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu
sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan
mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer, Anderson dan
Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan
mengembangkan kebutuhan pribadi.
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian,
dukungan dan komitmen untuk berkembang.
f) Suatu usaha yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan
perubahan metologi yang twerus menerus.
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani
kesenjangan antara keadaan real dan ideal.
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak
dibandingkan denagn guru.
i) Memerlukan latihan untuk supervisor.
4. Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut ini :
(1) Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan
kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung
disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah
inti disebut sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi : (a) metode
umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa,
belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik, (b)
metode khusus IPA,matematika, IPS, dan bahasa, (c) pengalaman
lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode
khusus serta (d) pembinaan profesional.
(2) Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing – masing
sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah
pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah unttuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran. KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru , berfungsi sebagai wadah untuk
melakukan berbagai kegiatan penunjang , kegiatan belajar mengajar,
antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat
pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan
masalah – masalah yang dijumpai di kelas masing – masing guru. KKKS
singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah
koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar
mengajar, dan hal – hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya. KKPS singkatan dari
Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi,
tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan
alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta
menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinan. PKG singkatan dari
Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada
kegiatan maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS,
Maupun KKPS.
SOAL NO 4
Tantangan Guru dalam Pembelajaran
Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai
untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik
dalam menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki
kepribadian serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
dihadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional di masa datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.
Ada beberpa reverensi menyatakan bahwasanya ada beberapa tantangan yang harus di hadapi oleh seorang guru yaitu:
1. Tantangan Internal
a. Penguatan nilai kesatauan dan pembinaan moral bangsa
Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.
Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru memilikikepribadian yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati pula bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang menjunjung tinggi etika dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.
b. Pengembangan nilai-nilai demokrasi
Demokrasi dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu kesamaan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga kewajiban yang sama bagi masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu. Dalam pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana membantu dan mengembangkan diri peserta didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan produktif dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu mengekor seperti ‘bebek’ yang hanya menerima petunjuk dari atasan dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis, perlu dilakukan berbagai penyesuaian dalam sistem pendidikan nasional.
Sejalan dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan berbagai perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah memberikan kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan nyata dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran strategis dalam rangka mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu, tantangan bagi guru dalam wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai prestasi yang diharapkan.
c. Fenomena rendahnya mutu pendidikan
Berbagai hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara menunjukkan bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan bahkan secara nilai rata-rata di bawah peringkat negara Asean lainnya. Walaupun demikian, secara individual ada beberapa diantara peserta didik mampu menunjukkan prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional, seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, diperlukan proses pendidikan yang bermutu dan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mutu guru. Proses pendidikan dalma masyarakat abad 21 adalah suatu interaksi antara guru dengna peserta didik sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis dan terbuka.
Masyarakat yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para pelakunya dan guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan kata lain, guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional oleh karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan menerima seoran gyang profesional dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21 aldaha bagaimana menjadi seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling menghormati atas dasar kemampuan individual, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang berlaku dan disepakati bersama.
2. Tantangan Eksternal
Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang profesional.
Kehidupan global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampuang dengan ciri perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan, memerlukan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam melakukan persaingan, diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif. Kemampuan individu untuk bersaing seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu sistem pendidikan yang kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam bidangnya.
Untuk itu, tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian par asisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)